Alhamdulillah setelah melewati dua tahapan “Bunda Sayang” dan “Bunda Cekatan” dalam proses pemantasan diri seorang ibu dalam memegang amanah-Nya, kini sampailah kita pada tahapan “Bunda Produktif”.
Bunda Produktif adalah bunda yang senantiasa menjalani proses untuk menemukan dirinya, menemukan “MISI PENCIPTAAN” dirinya di muka bumi ini, dengan cara menjalankan aktivitas yang membuat matanya “BERBINAR-BINAR "
Sehingga muncul semangat yang luar biasa dalam menjalani hidup ini bersama keluarga dan sang buah hati.
Para Ibu di kelas Bunda Produktif memaknai semua aktivitas sebagai sebuah proses ikhtiar menjemput rejeki.
Mungkin kita tidak tahu dimana rejeki kita, tapi rejeki akan tahu dimana kita berada.
Sang Maha Memberi Rejeki sedang memerintahkannya untuk menuju diri kita”
Allah berjanji menjamin rejeki kita, maka melalaikan ketaatan pada-Nya, mengorbankan amanah-Nya, demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminnya adalah kekeliruan besar
Untuk itu Bunda Produktif sesuai dengan value di Ibu Profesional adalah
Semua pengalaman para Ibu Profesional di Bunda Produktif ini, adalah bagian aktivitas amalan para bunda untuk meningkatkan sebuah *KEMULIAAN* hidup.
“ Karena REJEKI itu PASTI, KEMULIAAN lah yang harus DICARI "
Apakah dengan aktifnya kita sebagai ibu di dunia produktif akan meningkatkan kemuliaan diri kita, anak-anak dan keluarga? Kalau jawabannya” iya”, lanjutkan. Kalau jawabannya” tidak” kita perlu menguatkan pilar “bunda sayang” dan “bunda cekatan”, sebelum masuk ke pilar ketiga yaitu “bunda produktif”.
Tugas kita sebagai Bunda Produktif bukan untuk mengkhawatirkan rizqi keluarga, melainkan menyiapkan sebuah jawaban “Dari Mana” dan “Untuk Apa” atas setiap karunia yang diberikan untuk anak dan keluarga kita.
Maka
Bunda produktif di Ibu Profesional tidak selalu dinilai dengan apa yang tertulis dalam angka dan rupiah, melainkan apa yang bisa dinikmati dan dirasakan sebagai sebuah kepuasan hidup, sebuah pengakuan bahwa dirinya bisa menjadi Ibu yang bermanfaat bagi banyak orang
Menjadi Bunda Produktif, tidak bisa dimaknai sebagai mentawakkalkan rejeki pada pekerjaan kita.
Sangat keliru kalau kita sebagai Ibu sampai berpikiran bahwa rejeki yang hadir di rumah ini karena pekerjaan kita.
Menjadi produktif itu adalah bagian dari ibadah, sedangkan rejeki itu urusan-Nya
Seorang ibu yang produktif itu agar bisa,
1. Menambah syukur,
2. Menegakkan taat
3. Berbagi manfaat.
Rejeki tidak selalu terletak dalam pekerjaan kita, Allah berkuasa meletakkan sekendak-Nya
Maka segala yang bunda kerjakan di Bunda Produktif ini adalah sebuah ikhtiar, yang wajib dilakukan dengan sungguh-sungguh (Profesional).
Ikhtiar itu adalah sebuah laku perbuatan, sedangkan Rejeki adalah urusanNya.
Rejeki itu datangnya dari arah tak terduga, untuk seorang ibu yang menjalankan perannya dengan sungguh-sungguh dan selalu bertaqwa.
Rejeki hanya akan menempuh jalan yang halal, maka para Bunda Produktif perlu menjaga sikap saat menjemputnya,
Ketika sudah mendapatkannya ,jawab pertanyaan berikutnya “ Buat Apa?”. Karena apa yang kita berikan ke anak-anak dan keluarga, halalnya akan dihisab dan haramnya akan diazab.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/
Sumber bacaan:
• Antologi para Ibu Profesional, BUNDA PRODUKTIF, 2014
• Ahmad Ghozali, Cashflow Muslim, Jakarta, 2010
• Materi kuliah rutin Ibu Profesional, kelas bunda produktif, Salatiga, 2015
Menjadi seorang muslim yang kaaffah itu tidak mudah. Mengapa? Karena hadiahnya surga. Kalo mudah, yabiasalah hadiahnya bukan surga, mungkin kipas angin atau piring syantik.
Sependek pengetahuan saya, golongan manusia-manusia itu sudah dijelaskan dalam Al-Quran.
Apa sajakah itu?
1. Golongan Mu’min, yakni golongan yang menerima dan menyakini rukun iman yang enam, iman kepada Allah, MalaikatNya, KitabNya, RasulNya, Hari akhir, dan TakdirNya dengan tulus dan jujur. Golongan ini tidak hanya menerima akidah dengan hatinya, melainkan juga mengakui dengan lisannya, dan mengamalkan dengan tingkah lakunya.
Orang Iman/Mukmin terbagi lagi menjadi 3:
Sabiqun Bilkhoirot (Berlomba-lomba dalam kebaikan)
Muqtashid (Pertengahan)
Dzholimu Linafsi (Menganiaya diri sendiri)
2. Golongan Kafir, yakni golongan yang menolak rukun iman secara terang-terangan.
3. Golongan Munafik, yakni golongan yang pada lahirnya menerima akidah islam namun sebenarnya hatinya menolak dan tidak mempercayai akidah islam. Mereka menampakan keislaman dan menyembunyikan kekafirannya.
4. Golongan Musyrik, yakni golongan yang mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain.
5. Golongan Murtad, yakni golongan yang dulunya beriman kepada Allah SAW kemudian keluar dari agama Islam.
6. Golongan Fasiq, yakni golongan orang yang selalu melakukan dosa
akan menganggap bahwa dosa adalah hal yang biasa dan sulit untuk meninggalkannya. Dan, hal tersebut dapat membuat mereka keluar dari agama (murtad).
Masing-masing golongan dijelaskan pula contoh/ciri khasnya. Ada yang bisa dilihat dengan mata telanjang, ada yang tidak. Boleh di cek lagi Quran Haditsnya masing-masing ya sist.
Namun, sebagai manusia dengan keterbatasannya, kita tidak dapat menjustifikasi seseorang karena hal tersebut adalah haknya Allah. Tapi, kita bisa menjaga diri kita dari kemaksiyatan-kemaksiyatan yang telah dicontohkan, pun menjaga diri kita agar tidak terpengaruh pada orang-orang yang menganiaya dirinya sendiri dengan melanggar perintah Allah dan Rasul.
Ketika kita berhijrah ke arah yang lebih baik, tentu saja selalu ada cobaannya. Kalau lulus ujian bisa naik kelas, kalau gagal ya menunggu ujian selanjutnya, supaya tetap bisa naik kelas. Masa mau stuck disitu saja keimanannya? Jangan dong, ya.
Sebagai generasi akhir zaman, cobaan mukmin akan lebih dahsyat lagi. Contoh yang paling dekat dengan kita adalah cobaan pergaulan. Lingkungan ini berpengaruh sangat besar pada keimanan dan pola pikir kita. Dan memang sudah rumusnya, yang seakidah akan berteman dengan sesamanya. Karena melelahkan sekali tentunya berteman dengan orang yang berbeda cara pandang tentang Islam padahal seagama.
Jadi jangan heran ketika kita mencoba menjadi muslim yang kaaffah, lalu ada saja diantara beribu teman yang menjuluki kuno. Kolot. Norak. Konservatif atau apalah.
Santai saja.
Karena tidak pernah ada penjelasan dalam Alquran maupun Alhadits tentang jenis Islam yang kolot dan jenis Islam yang bebas. Itu hasil buah pikir manusia saja demi memuaskan hawa nafsu dan syahwat mereka.
Jangan terpengaruh.
Kembalikan lagi kepada pedoman hidup kita, Alquran dan Alhadits. Pedoman hidup itu berlaku MUTLAK. Sekali lagi ya, MUTLAK. All in.
Tidak bisa dicomot yang sesuai keinginan kita dan dibuang yang tidak kita suka. Tidak bisa juga bebas mengartikannya sesuai pola pikir kita. Tidak bisa. Ada aturan mainnya. Harus sama persis dengan apa yang Rasulullah sampaikan kepada umat terdahulu.
Menjadi muslim yang baik, menghormati sesama, menutup aurot (dalam artian yang sesungguhnya, bukan berpakaian tapi telanjang), berdakwah, menyampaikan kebenaran Alquran walaupun seayat, dan beribu perilaku juga syarat menjadi muslim yang kaffah lainnya adalah satu paket. Jangan dipisah-pisah.
Karena menjadi orang baik saja tidak bisa mengantarkan kita ke surga. Perlu iman, ilmu, amal yang sesuai kaidahNya serta taat, ikhlas dan takwa kepada Lillahi Ta'ala.
Katakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah sesuai Alquran dan Alhadits. Karena hanya menjadi baik saja tidak perlu beriman kepada Allah tapi menjadi BENAR dan baik harus selalu berlandaskan ketentuan Allah. Dan tidak semua hal yang BENAR itu menyenangkan. Karena tentu saja, mendapatkan surga itu tidak mudah, jenderal.
Jangan sampai, hidup singkat, sekali di dunia ini malah menanam jariyah dosa atas pola pikir dan perilaku salah kita yang menginspirasi orang lain untuk ikut serta melakukannya.
Dosa dilakukan sendiri, tanggung jawab sendiri. Dosa dilakukan sendiri namun kemudian diketahui publik dan menginspirasi orang lain untuk berbuat dosa juga, maka menjadi jariyah dosa untuk kita sampai hari kiamat.
Naudzubillahi min dzalik.
Semoga Allah selalu berikan petunjuk serta perlindunganNya untuk kita semua.
Semoga Allah terus memberi kita kekuatan dan keteguhan untuk melewati ujian-ujian akhir zaman.
Semoga Allah terus menumbuhkan niatan-niatan baik dalam diri kita untuk terus memperbaiki kekurangan diri dan bisa merealisasikannya sesuai Alquran dan Alhadits.
Semoga Allah selalu menjaga dan memberikan pemahaman yang benar kepada anak turun kita.
Aamiin. Yaa robbal 'alamiin.
#notetoself
#personalthoughts
All sourcepict: pinterest/Lia
Bunda, sekarang saatnya kita masuk dalam tahap “belajar menjadi manajer keluarga yang handal.
Mengapa? karena hal ini akan mempermudah bunda untuk menemukan peran hidup kita dan semoga mempermudah bunda mendampingi anak-anak menemukan peran hidupnya.
Ada hal-hal yang kadang mengganggu proses kita menemukan peran hidup yaitu
RUTINITAS
Menjalankan pekerjaan rutin yang tidak selesai, membuat kita _Merasa Sibuk_sehingga kadang tidak ada waktu lagi untuk proses menemukan diri.
Maka ikutilah tahapan-tahapan sbb :
1. Tuliskan 3 aktivitas yang paling penting, dan 3 aktivitas yang paling tidak penting:
Beribadah (sendiri ataupun mengikuti kajian), Membersamai anak, Membaca/mencari ilmu tentang Pendidikan ibu dan anak
3 Aktivitas yang tidak penting:
Screentime (both, film/gadget), menunda pekerjaan dan mengerjakan hal yang tidak penting, mencari tau sesuatu yang bukan prioritas (tidak fokus)
2. Waktu anda selama ini habis untuk kegiatan yang mana?
Balance.
Harusnya mengurangi porsi kegiatan tidak penting menjadi hanya 15% dalam aktivitas harian.
3. Jadikan 3 aktivitas penting menjadi aktivitas dinamis sehari-hari untuk memperbanyak jam terbang peran hidup anda, tengok NHW sebelumnya ya, agar selaras.
4. Kemudian kumpulkan aktivitas rutin menjadi satu waktu, berikan “kandang waktu”, dan patuhi cut off time ( misal anda sudah menuliskan bahwa bersih-bersih rumah itu dari jam 05.00-06.00, maka patuhi waktu tersebut)
5. Jangan ijinkan agenda yang tidak terencana memenuhi jadwal waktu harian anda.
InsyaAlloh. I'll do ma best.
6. Setelah tahap di atas selesai anda tentukan. Buatlah jadwal harian yang paling mudah anda kerjakan. (Contoh kalau saya membuat jadwal rutin saya masukkan di subuh-jam 07.00 – jadwal dinamis ( memperbanyak jam terbang dari jam 7 pagi- 7 malam, setelah jam 7 malam kembali ke aktivitas rutin yang belum selesai, sehingga muncul program 7 to 7)
Aktivitas rutin
Subuh-07.30 :
(Doa Pagi sore, Baca Alquran, Siapin Sarapan abih, Baca Buku/artikel Parenting, Me time)
***
Aktivitas Dinamis
07.30 - 08.30 :
Menyiapkan sarapan Sabiq (15 menit)
Membersamai menonton film edukasi (10 menit)
Mandi (both) (25 menit)
Beres-beres rumah (10 menit)
08.30 - 09.45 :
Belanja (20 menit)
Mengajak jalan-jalan Sabiq (Motorik Kasar) - (berbarengan dengan belanja)
Aktivitas bermain diluar (Motorik Halus dan Kasar, mengenal alam) - (berbarengan dengan menjemur serta menyapu, 25 menit)
Menjemur pakaian (15 menit)
Menyapu halaman (10 menit)
Snacking time for Sabiq (15 menit)
09.45 - 10.45 :
Dhuha (10 menit)
Menidurkan Sabiq (30 menit)
Memasak (20 menit)
10.45 - 12.00 :
Menyiapkan makan siang sabiq (15 menit)
Mencuci piring (15 menit)
Beres-beres dapur (10 menit)
Mengisi Materi Whatsapp Group (10 menit)
Murojaah bersama Sabiq (10 menit)
12.00 - 13.00
Sholat sunnah rawatib (5 menit)
Dzuhur+Doa (10 menit)
Menulis (coret-coret)/Menggambar (motorik halus) (20 menit)
Makan siang (25 menit)
13.00 - 14.00
Cuci piring (10 menit)
Menonton film edukasi anak (20 menit)
Membacakan buku anak (20 menit)
Menghapal doa-doa harian untuk Sabiq (10 menit)
14.00 - 15.00
Snacking time for Sabiq (15 menit)
Mencuci Baju (15 menit)
Membacakan Buku anak (10 menit)
Menyiapkan makan malam (20 menit)
15.00 - 16.00
Ashar (10 menit)
Sholat sunnah (5 menit)
Berdoa (5 menit)
Bermain bricks (20 menit)
Beres-beres rumah (10 menit)
16.00-17.15
Menyiapkan makan malam sabiq (15 menit)
Beraktivitas diluar rumah (20 menit)
Olahraga (20 menit)
Mandi (20 menit)
17.15 - 18.00
Tilawah Alquran (20 menit)
Maghrib (10 menit)
Snacking time for Sabiq (15 menit)
19.00 - 20.00
Menyiapkan makan malam Abih (10 menit)
Menidurkan Sabiq (30 menit)
Quality time dengan Abih (20 menit)
20.00 - 22.00
Membaca buku/artikel parenting (30 menit)
Menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum selesai
22.00 - Subuh
Istirahat
Aktivitas Mingguan
Mengikuti Kajian Quran Hadits di Masjid:
Kamis: Jam 20.00 - 21.30
Sabtu: Jam 16.00 - 17.30
Minggu: Jam 20.00 - 21.30
Qiyamul Lail: 02.00 - 03.00
Aktivitas Bulanan
Silaturohim ke Orang Tua di Depok: Min 1x Sebulan
Silaturohim ke Orang Tua di Karawang: Min 1x Sebulan
Refreshing Keluarga: Min 2x dalam sebulan
Kajian Quran Hadits di Budi Agung: Minggu Jam 09.00 - 11.30 (Minggu ke 1)
Evaluasi aktivitas sehari-hari: Setiap tanggal 1 bulan selanjutnya.
Aktivitas Tahunan:
Mudik hari Raya
Refreshing keluarga inti ke luar kota
Khatam Bacaan Alquran
Tarawih full saat Ramadhan (Jika diizinkan Allah)
Sukses 10 Malam terakhir Lailatul Qodar
Membuat Resolusi Tahun selanjutnya
7. Amati selama satu minggu pertama, apakah terlaksana dengan baik?
kalau tidak segera revisi, kalau baik, lanjutkan sampai dengan 3 bulan.
Bismillaaah....
Laa Haula wa laa kuwwata illa billaah...
Salam Ibu Profesional.
Workingmother.com
Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #6
Motivasi Bekerja Ibu
Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan Ibu Bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah _ibu bekerja_ yang wajib professional menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.
Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, memerlukan satu syarat yang sama, yaitu
Kita harus “SELESAI” dengan management rumah tangga kita
Kita harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga anda yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik, akan lebih professional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Anda yang Ibu Bekerja di ranah publik, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di ranah domestik.
Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita bekerja ?
๐Apakah masih *ASAL KERJA*, menggugurkan kewajiban saja?
๐Apakah didasari sebuah *KOMPETISI* sehingga selalu ingin bersaing dengan orang/ keluarga lain?
๐Apakah karena *PANGGILAN HATI* sehingga anda merasa ini bagian dari peran anda sebagai Khalifah?
Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita
๐Kalau anda masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, anda menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.
๐Kalau anda didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi anda stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses
๐Kalau anda bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa MENGELUH.
----
Ibu Manajer Keluarga
Peran Ibu sejatinya adalah seorang manager keluarga, maka masukkan dulu di pikiran kita
Saya Manager Keluarga
kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manager.
๐Hargai diri anda sebagai manager keluarga, pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas anda sebagai manager keluarga.
๐Rencanakan segala aktivitas yang akan anda kejakan baik di rumah maupun di ranah publik, patuhi
๐Buatlah skala prioritas
๐Bangun Komitmen dan konsistensi anda dalam menjalankannya.
----
*Menangani Kompleksitas Tantangan*
Semua ibu, pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/organisasi, maka ada beberapa hal yang perlu kita praktekkan yaitu :
a. PUT FIRST THINGS FIRST
Letakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami. - Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas anda hari ini - aktifkan fitur gadget anda sebagai organizer dan reminder kegiatan kita.
b.ONE BITE AT A TIME
Apakah itu one bite at a time?
-Lakukan setahap demi setahap -Lakukan sekarang -Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan
c. DELEGATING
Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita.
Ingat anda adalah manager, bukan menyerahkan begitu saja tugas anda ke orang lain, tapi anda buat panduannya, anda latih, dan biarkan orang lain patuh pada aturan anda
Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latihlagi-percayakan lagi-ditingkatkan lagi begitu seterusnya
Karena pendidikan anak adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, maka kalau anda memiliki pilihan untuk urusan delegasi pekerjaan ibu ini, usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir.
---
Perkembangan Peran
Kadang ada pertanyaan, sudah berapa lama jadi ibu? Kalau sudah melewati 10.000 jam terbang seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumahtanggaan. Tetapi mengapa tidak? Karena selama ini kita masih
SEKEDAR MENJADI IBU
Ada beberapa hal yang bisa bunda lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas bunda agar tidak sekedar menjadi ibu lagi, antara lain:
๐Mungkin saat ini kita adalah kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang.
Maka tingkatkan ilmu di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang bisa menjadi “managjer keuangan keluarga.
๐Mungkin kita adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak keperluan makan keluarga. Dan masih sekedar menggugurkan kewajiban saja. Bahwa ibu itu ya sudah seharusnya masak.Sudah itu saja, hal ini membuat kita jenuh di dapur.
Mari kita cari ilmu tentang manajer gizi keluarga, dan terjadilah perubahan peran.
๐Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, mungkin kita adalah tukang antar jemput anak sekolah. Hal ini membuat kita tidak bertambah pintar di urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak ngobrol tidak jelas sesama ibu –ibu yang seprofesi antar jemput anak sekolah.
Mari kita cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran saya menjadi “manajer pendidikan anak”.
Anak-anakpun semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan tidak harus selalu di jalur formal.
๐Cari peran apalagi, tingkatkan lagi…..dst
Jangan sampai kita terbelenggu dengan rutinitas baik di ranah publik maupun di ranah domestik, sehingga kita sampai lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.
Akhirnya yang muncul adalah kita melakukan pengulangan aktivitas dari hari ke hari tanpa ada peningkatan kompetensi. Meskipun anda sudah menjalankan peran selama 10.000 jam lebih, tidak akan ada perubahan karena kita selalu mengulang hal-hal yang sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun.
Hanya ada satu kata
BERUBAH atau KALAH
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
_SUMBER BACAAN_:
_Institut Ibu Profesional, Bunda Cekatan, sebuah antologi perkuliahan IIP, 2015_
_Hasil diskusi Nice Homework Matrikulasi IIP Batch #3, 2017_
_Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga, halaman featuring, Success Mom's Story: Zainab Yusuf As'ari, Amelia Naim, Septi Peni, Astri Ivo, Ratih Sanggarwati, Okky Asokawati,Fifi Aleyda Yahya, Oke Hatta Rajasa, Yoyoh Yusroh, Jackie Ambadar, Saraswati Chasanah, Oma Ary Ginanjar, Pustaka Inti, 2009_
Setelah malam ini kita mempelajari tentang “Learning How to Learn” maka kali ini kita akan praktek membuat *Design Pembelajaran* ala kita.
Kami tidak akan memandu banyak, mulailah mempraktekkan "learning how to learn" dalam membuat NHW #5.
Munculkan rasa ingin tahu bunda semua tentang apa itu design pembelajaran.
Bukan hasil sempurna yg kami harapkan, melainkan "proses" anda dalam mengerjakan NHW #5 ini yg perlu anda share kan ke teman-teman yg lain.
Selamat Berpikir, dan selamat menemukan hal baru dari proses belajar anda di NHW #5 ini.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
-----
Assalamualaikum..
Bismillah.
Tugas Nicehomework yang ke lima ini cukup membuat saya mengulang-ulang materi pun tugasnya. Saya mencoba mencernanya perlahan-lahan, yang semoga tidak salah dalam memahaminya.
Saya seperti kembali ke masa-masa sekolah, menyelami diri saya yang pada masa itu sedang sibuk belajar. Tak hanya itu, orang tua saya, Papa khususnya, senang memberikan pandangan-pandangan kehidupan. Sedikit banyak, berkat beliau pulalah, saya senang belajar, belajar pada setiap kejadian. Mencari hikmah yang berserakkan dalam perjalanan hidup.
Seperti agama yang saya anut, ia memberikan banyak hikmah dan referensi kehidupan dalam kitab sucinya. Maha Agung Allah pencipta alam semesta. Dia menciptakan hamba-hambanya dengan tujuan beserta tata cara yang benar, seperti handphone bersama buku instruksi dan cara penggunaannya, kita seorang hamba pun harus tahu bagaimana cara hidup didunia sesuai Alquran dan Alhadits dan bisa memetik hikmahnya dalam setiap kejadian, agar terselamatkan dari kehidupan yang fana ini.
Learning how to learn...
Mengapa seseorang perlu mempelajari bagaimana cara dan langkah-langkah ia untuk memaksimalkan proses belajar dalam kehidupan?
Karena ketika seseorang telah mengidentifikasi gaya belajar dan mengetahui metode yang terbaik untuk membantu dalam belajarnya, maka kemampuannya dalam memahami sesuatu akan berkembang dengan pesat, bahkan pada materi pelajaran yang sebelumnya ia anggap susah dan rumit.
Gaya belajar adalah pilihan berbagai macam cara yang dimiliki seseorang untuk mengakumulasi serta mengasimilasi informasi. Mayoritas para ahli setuju bahwa ada tiga macam dasar gaya belajar. Setiap individu memungkinkan untuk memiliki satu macam gaya belajar atau dapat memiliki kombinasi dari gaya belajar yang berbeda.
Ketika individu telah mengenali gaya belajar yang dimilikinya, kepribadiannya, minat bakatnya, maka ia dapat menerapkan cara belajar yang baik dan sesuai dengan fitrah dirinya, sehingga individu tersebut dapat memaksimalkan prestasi belajar akademik maupun non-akademik.
Kemudian saya mencoba memahami diri saya dan gaya belajar saya, yang saya ketahui setelah melakukan beberapa psikotes juga tes dasar gaya belajar saya adalah type ENTP (Extrovert, Intuitif, Thingking, Perceiving), Koleris Plegmatis dengan gaya belajar Visual kinestetik.
Yes, i know who am i, saya senang mengenali diri saya sendiri. Sejak sebelum menikah saya sudah mengenal diri saya, apa yang wajib dan sunnah, apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang saya suka dan tidak suka. Saya juga seseorang yang memegang teguh suatu prinsip dan tidak mudah terpengaruh atau dipengaruhi.
Saya senang membaca dan melihat gambar, saya suka memecahkan masalah, saya bagus pada pemahaman konsep. Saya senang membuat sesuatu menggunakan tangan saya, saya memiliki kemampuan yang baik dalam pelajaran senirupa maupun olahraga.
Saya senang menghitung namun saya lebih senang menganalisa. Saya senang berbagi solusi atau manfaat, saya tidak pernah merasakan rugi ketika saya membagi ilmu saya.
Mudah berinteraksi dengan orang lain namun mengisi kekuatan batiniah dengan cara menyendiri, berpikir, mengevaluasi, atau berserah. Mencurahkan semuanya kepada Allah yang Maha Pengasih.
Saya menyukai ketenangan saat belajar namun tak menutup kemungkinan untuk belajar kelompok ketika ada yang perlu didiskusikan. I'm a fast learner. Saya mudah mengerti dan cepat menangkap pelajaran. Tapi, jika pelajaran tersebut tidak saya ulang-ulang dengan konsisten saya akan mudah lupa.
Meneruskan ke masa sekarang, apa yang sudah saya ambil pada mata pelajaran dalam universitas kehidupan ini, yakni ilmu parenting/Pendidikan Ibu dan Anak adalah sesuatu yang sesuai dengan minat dan kebutuhan dasar saya. Saya bisa saja mengambil ilmu yang lain, tetapi menurut saya, hal tersebut tidak pernah segenting ilmu parenting yang ingin saya pelajari jauh lebih dalam dan tidak pernah begitu menarik minat saya lebuh besar, diluar ilmu Alquran dan Alhadits.
Anak-anak dan keluarga adalah prioritas utama saya. Merekalah yang akan saya pertanggung jawabkan kelak diakhirot juga mereka adalah salah satu yang kelak bisa menolong saya di Akhirot, selain nabi Muhammad SAW dan Alquran. Maka menjadi Ibu Rumah Tangga adalah jalan terbaik bagi saya untuk dapat memaksimalkan proses belajar dan jam terbang belajar saya, seperti yang telah saya tulis pada tugas NHW 4, kemarin. Belajar dari pengalaman yang telah saya alami, melihat pengalaman beberapa orang terdekat yang berperan menjadi seorang Ibu, juga bagaimana saya mengenali gaya belajar saya, maka apa yang saya putuskan saat ini, sudah mantap tanpa tawar menawar lagi. Bismillah..
Untuk saat ini kendala yang saya alami adalah konsistensi dan disiplin. Saya masih perlu menggali lagi kesadaran diri saya bahwa kerusakkan akhir zaman di depan mata dan mati itu dekat sekali, lebih dekat dari tali sandal kita. Dengan adanya tugas ini, dan kelas matrikulasi yang saya jalani, sedikit banyak menyadarkan saya akan hal tersebut. Sehingga saya tidak bisa bersantai atau kurang fokus pada kasus ini.
Kerusakan akhir zaman dan mati adalah sesuatu yang tidak bisa saya kontrol, maka saya harus fokus pada apa-apa yang bisa saya kontrol dan bisa saya usahakan, seperti mendidik diri saya menjadi ibu yang profesional sehingga bisa mengusahakan pendidikan yang terbaik pula untuk generasi penerus saya.
Lalu, untuk hasil anak-anak saya kelak apakah akan menjadi anak yang taat Allah Rasul, bertakwa, cerdas, berkepribadian, keluarga saya sakinah mawaddah wa rohmah adalah sesuatu yang tidak bisa saya kontrol karena keputusan dan takdir sepenuhnya ada pada kekuasaan Allah semata. Untuk itu, saya berharap ikhtiar ini bisa menjadi sesuatu yang memantaskan saya dan keluarga untuk mendapatkan hasil terbaik yang kemudian Allah ridho untuk memberikannya.
Seperti yang telah saya tulis dalam tugas NHW-NHW saya sebelumnya, saya menjabarkan apa yang perlu saya pelajari, kapan, berapa lama dan dimana saya belajar dengan baik dan terperinci, saya akan mempelajarinya dengan tepat dan pelan-pelan, menerima informasi yang ada dan mencernanya perlahan tanpa diburu-buru atau bersantai-santai.
Apa yang saya pilih saat ini adalah benar, sesuai kebutuhan dan fitrah seorang wanita juga seorang ibu, khususnya. Apa yang saya pilih saat ini sesuai dengan minat saya dan sesuai dengan jalur Quran Hadits. Karena saya sudah berada pada jalur yang benar, maka saya hanya memerlukan konsistensi dan disiplin yang tinggi agar saya bisa menjadi ibu yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
Maka, hal ini pula akan saya praktekkan kepada anak-anak saya, insyaAlloh. Mengenali diri mereka, membantu serta memfasilitasi apa yang menjadi minat bakat sesuai fitrah mereka. Sudah bukan waktunya lagi meratakan lembah namun saatnya meninggikan potensi-potensi yang ada.
Mudah-mudahan kelak, suatu saat nanti Allah akan membalas dengan sesuatu yang sangat baik atas apa yang telah saya tanam, hari ini.
Aamiin ya Robbal 'alamiin.
Alhamdulillah 'alaa kulli haal.
Bunda dan calon bunda yang selalu semangat belajar,
Bagaimana sudah makin mantap dengan jurusan ilmu yang dipilih? kalau sudah, sekarang mari kita belajar bagaimana caranya belajar. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk lebih membumikan kurikulum yang teman-teman buat. Sehingga ketika teman-teman membuat kurikulum unik (customized curriculum) untuk anak-anak, makin bisa menerjemahkan secara setahap demi setahap karena kita sudah melakukannya. Inilah tujuan kita belajar.
Sebagaimana yang sudah kita pelajari di materi sebelumnya, bahwa semua manusia memiliki fitrah belajar sejak lahir. Tetapi mengapa sekarang ada orang yg senang belajar dan ada yang tidak suka belajar.
Suatu pelajaran yang menurut kita berat jika dilakukan dengan senang hati maka pelajaran yang berat itu akan terasa ringan, dan sebaliknya pelajaran yang ringan atau mudah jika dilakukan dengan terpaksa maka akan terasa berat atau sulit.
Jadi suka atau tidaknya kita pada suatu pelajaran itu bukan bergantung pada berat atau ringannya suatu pelajaran. Lebih kepada rasa.
*_Membuat BISA itu mudah, tapi membuatnya SUKA itu baru tantangan_*
Melihat perkembangan dunia yang semakin canggih dapat kita rasakan bahwa dunia sudah berubah dan dunia masih terus berubah.
Perubahan ini semakin hari semakin cepat sekali.
Anak kita sudah tentu akan hidup di jaman yang berbeda dengan jaman kita. Maka teruslah mengupdate diri, agar kita tidak membawa anak kita mundur beberapa langkah dari jamannya.
Apa yang perlu kita persiapkan untuk kita dan anak kita ?
Kita dan anak-anak perlu belajar tiga hal :
1⃣Belajar hal berbeda
2⃣ Cara belajar yang berbeda
3⃣Semangat Belajar yang berbeda
๐ *Belajar Hal Berbeda*
Apa saja yang perlu di pelajari ?
yaitu dengan belajar apa saja yang bisa:
๐Menguatkan Iman,
ini adalah dasar yang amat penting bagi anak-anak kita untuk meraih masa depannya
๐Menumbuhkan karakter yang baik.
๐Menemukan passionnya (panggilan hatinya)
*Cara Belajar Berbeda*
Jika dulu kita dilatih untuk terampil menjawab, maka latihlah anak kita untuk terampil bertanya Keterampilan bertanya ini akan dapat membangun kreatifitas anak dan pemahaman terhadap diri dan dunianya.
Kita dapat menggunakan jari tangan kita sebagai salah satu cara untuk melatih keterampilan anak2 kita untuk bertanya.
Misalnya :
๐Ibu jari : How
๐Jari telunjuk : Where
✋Jari tengah : What
✋Jari manis : When
✋Jari kelingking : Who
๐Kedua telapak tangan di buka : Why
๐Tangan kanan kemudian diikuti tangan kiri di buka : Which one.
Jika dulu kita hanya menghafal materi, maka sekarang ajak anak kita untuk mengembangkan struktur berfikir. Anak tidak hanya sekedar menghafal akan tetapi perlu juga dilatih untuk mengembangkan struktur berfikirnya
Jika dulu kita hanya pasif mendengarkan, maka latih anak kita dg aktif mencari. Untuk mendapatkan informasi tidak sulit hanya butuh kemauan saja.
Jika dulu kita hanya menelan informasi dr guru bulat-bulat, maka ajarkan anak untuk berpikir skeptik
_Apa itu berpikir skeptik ?_
Berpikir Skeptik yaitu tidak sekedar menelan informasi yang didapat bulat-bulat. Akan tetapi senantiasa mengkroscek kembali kebenarannya dengan melihat sumber-sumber yang lebih valid.
*Semangat Belajar Yang berbeda*
Semangat belajar yang perlu ditumbuhkan pada anak kita adalah :
๐Tidak hanya sekedar mengejar nilai rapor akan tetapi memahami subjek atau topik belajarnya.
๐Tidak sekedar meraih ijazah/gelar tapi kita ingin meraih sebuah tujuan atau cita-cita.
Ketika kita mempunyai sebuah tujuan yang jelas maka pada saat berada ditempat pendidikan kita sudah siap dengan sejumlah pertanyaan-pertanyaan. Maka pada akhirnya kita tidak sekedar sekolah tapi kita berangkat untuk belajar (menuntut ilmu).
Yang harus dipahami,
*_Menuntut Ilmu bukan hanya saat sekolah, tetapi dapat dilakukan sepanjang hayat kita_*
Bagaimanakah dengan Strategi Belajarnya?
• Strategi belajar nya adalah dengan menggunakan
*_Strategi Meninggikan Gunung bukan meratakan lembah_*
Maksudnya adalah dengan menggali kesukaan, hobby, passion, kelebihan, dan kecintaan anak-anak kita terhadap hal2 yg mereka minati dan kita sebagai orangtuanya mensupportnya semaksimal mungkin.
Misalnya jika anak suka bola maka mendorongnya dengan memasukkannya pada club bola, maka dengan sendirinya anak akan melakukan proses belajar dengan gembira.
๐ซ *_Sebaliknya jangan meratakan lembah_*
yaitu dengan menutupi kekurangannya,
Misalnya apabila anak kita tidak pandai matematika justru kita berusaha menjadikannya untuk menjadi pandai matematika dengan menambah porsi belajar matematikanya lebih sering (memberi les misalnya).
Ini akan menjadikan anak menjadi semakin stress.
Jadi ketika yang kita dorong pada anak-anak kita adalah keunggulan / kelebihannya maka anak-anak kita akan melakukan proses belajar dengan gembira.
Orang tua tidak perlu lagi mengajar atau menyuruh-nyuruh anak untuk belajar akan tetapi anak akan belajar dan mengejar sendiri terhadap informasi yang ingin dia ketahui dan dapatkan. Inilah yang membuat anak belajar atas kemauan sendiri, hingga ia melakukannya dengan senang hati.
Bagaimanakah membuat anak menjadi anak yang suka belajar ?
Caranya adalah :
1⃣ Mengetahui apa yang anak-anak mau / minati
2⃣Mengetahui tujuannya, cita-citanya
3⃣Mengetahui passionnya
Jika sudah mengerjakan itu semua maka anak kita akan meninggikan gunungnya dan akan melakukannya dengan senang hati.
*_Good is not enough anymore we have to be different_*
Baik saja itu tidak cukup,tetapi kita juga harus punya nilai lebih (yang membedakan kita dengan orang lain).
Peran kita sebagai orang tua :
๐จ๐ฉ๐ง๐งSebaga pemandu : usia 0-8 tahun.
๐จ๐ฉ๐ง๐งSebagai teman bermain anak-anak kita : usia 9-16 tahun.
kalau tidak maka anak-anak akan menjauhi kita dan anak akan lebih dekat/percaya dengan temannya
๐จ๐ฉ๐ง๐งsebagai sahabat yang siap mendengarkan anak-anak kita : usia 17 tahun keatas.
Cara mengetahui passion anak adalah :
1⃣ _Observation_ ( pengamatan)
2⃣ _engage_(terlibat)
3⃣ _watch and listen_ ( lihat dan dengarkan suara anak)
Perbanyak ragam kegiatan anak, olah raga, seni dan lain-lain.
Belajar untuk telaten mengamati, dengan melihat dan mencermati terhadap hal-hal yang disukai anak kita dan apakah konsisten dari waktu ke waktu.
Diajak diskusi tentang kesenangan anak, kalau memang suka maka kita dorong.
Cara mengolah kemampuan berfikir Anak dengan :
1⃣Melatih anak untuk belajar bertanya,
Caranya: dengan menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai suatu obyek.
2⃣Belajar menuliskan hasil pengamatannya Belajar untuk mencari alternatif solusi atas masalahnya
3⃣Presentasi yaitu mengungkapkan akan apa yang telah didapatkan/dipelajari
4⃣Kemampuan berfikir pada balita bisa ditumbuhkan dengan cara aktif bertanya pada si anak.
Selamat belajar dan menjadi teman belajar anak-anak kita,
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
Sumber bacaan :
_Dodik Mariyanto, Learning How to Learn, materi workshop, 2014_
_Joseph D Novak, Learning how to learn, e book, 2009_
Bunda dan calon bunda peserta matrikulasi IIP, masih semangat belajar?
Kali ini kita akan masuk tahap #4 dari proses belajar kita. Setelah bunda berdiskusi seru seputar mendidik anak dengan kekuatan fitrah , maka sekarang kita akan mulai mempraktekkan ilmu tersebut satu persatu.
a. Mari kita lihat kembali Nice Homework #1 , apakah sampai hari ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini? Atau setelah merenung beberapa minggu ini, anda ingin mengubah jurusan ilmu yang akan dikuasai?
Ya, semenjak anak saya sulit menyusu dari botol, sekitar 4-5bulan, itu menjadi titik balik hidup saya, bahwa saya ingin menjadi Ibu yang mau belajar dan benar-benar mengerti apa yang kelak keluarga saya butuhkan. Ibu yang bukan abal-abal, Ibu yang aerius menjalani perannya bukan hanya sampingan.
b. Mari kita lihat Nice Homework #2, sudahkah kita belajar konsisten untuk mengisi checklist harian kita?
Belum.. saya masih keteteran menjaga ritme dan memanage waktu. Terutama waktu-waktu ketika suami libur/ada dirumah. Ibadah-ibadah sunah banyak yang masih terlewatkan :'(
Namun, dengan adanya target, saya merasakan perubahan yang cukup besar dalam hidup saya, karena sebelum menikah saya cukup aktif di beberapa organisasi dan pernah mengalami fase kuliah sambil bekerja, sehingga saya sempat jenuh dan 'kebingungan' ketika memilih harus berada di rumah. Dalam kegagapan saya merawat serta mendidik anak, bertemu dengan kelas matrikulasi ini merupakan secercah cahaya yang saya nanti-nantikan. Kemudian hidup saya menjadi bergairah kembali, ingin segera menuntaskan target-target harian dengan maksimal. Hari terasa cepat berlalu dan saya bahagia menjalankannya
Checklist ini sebagai sarana kita untuk senantiasa terpicu “memantaskan diri” setiap saat. Latih dengan keras diri anda, agar lingkungan sekitar menjadi lunak terhadap diri kita.
I'll do my best! Bismillah..
Ganbatte! ✊๐
c.Baca dan renungkan kembali Nice Homework #3, apakah sudah terbayang apa kira-kira maksud Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Kalau sudah, maka tetapkan bidang yang akan kita kuasai, sehingga peran hidup anda akan makin terlihat.
Misi Hidup : memberikan semangat, membantu mengedukasi, serta mencoba memberikan inspirasi berupa tulisan (dan praktek) kepada lingkungan sekitar
Bidang : Ilmu parenting/Pendidikan Ibu dan Anak
Peran : Motivator, Penggerak/Aktivis
d. Setelah menemukan 3 hal tersebut, susunlah ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi hidup tersebut.
1. Ilmu-ilmu seputar pengasuhan anak
2. Ilmu-ilmu seputar manajemen pengelolaan diri dan rumah tangga
3. Ilmu-ilmu seputar minat dan bakat, kemandirian finansial dll.
4. Ilmu tentang berbagi manfaat kepada banyak orang
e. Tetapkan Milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan Misi Hidup
Saya menetapkan KM 0 pada usia 25 th, dan memaksimalkam kemampuan serta memantapkan komitmen saya agar mencapai 10.000 (sepuluh ribu) jam terbang pada bidang yang saya minati.
Sejak saya resign (Desember 2015) setiap hari saya berproses serta mendedikasikan waktu saya untuk mencari ilmu, mempraktekkan, serta menuliskannya bersama anak-anak dengan menggunakan fasilitas yang ada secara maksimal.
Sehingga saya berharap, dalam jangka waktu kurang lebih 4 s/d 5 tahun, kelak akan terlihat hasilnya.
Milestone hidup Nadya Sholihati Vaizal :
KM 0 – KM 2 ( tahun 1 dan 2) : Menguasai Ilmu seputar pengasuhan anak
KM 2 – KM 3 (tahun 3) : Menguasai Ilmu seputar pengelolaan diri dan rumah tangga
KM 3 – KM 4 (tahun 4) : Menguasai Ilmu seputar minat, bakat dan kemandirian finansial dll
KM 4 – KM 5 (tahun 5) : Menguasai Ilmu seputar berbagi manfaat kepada banyak orang
f. Koreksi kembali checklist anda di NHW#2, apakah sudah anda masukkan waktu-waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Kalau belum segera ubah dan cantumkan.
Secara keseluruhan, sudah. Namun saya akan lebih mendetilkan lagi waktu serta ilmu apa saja yang perlu saya pelajari beserta strategi terbaiknya. Setelah ini, akan saya periksa kembali tugas tersebut dan menambahkan kekurangan yang ada, terimakasih banyak sudah mengoreksi dan mengingatkan. Alhamdulillah ❤
g. Lakukan, lakukan, lakukan, lakukan
Bismillaaah! Laa haula wa laa kuwwata illa billah :') ✊๐
Sekarang buatlah sejarah anda sendiri.
I will.. insyaa Allah..
I'm on the right track
Karena perjalanan ribuan mil selalu dimulai oleh langkah pertama, segera tetapkan KM 0 anda.
Bismillah semoga Istoqomah! ❤
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #4
Hari, tanggal : Selasa, 14 Februari 2017
Waktu : 08.00-17.00
PROGRAM MATRIKULASI IBU PROFESIONAL SESI #4
๐ฆ๐งMENDIDIK DENGAN KEKUATAN FITRAH๐ฆ๐ง
Bunda, setelah kita memamahi bahwa salah satu alasan kita melahirkan generasi adalah untuk membangun kembali peradaban dari dalam rumah kita, maka semakin jelas di depan mata kita, ilmu-ilmu apa saja yang perlu kita kuasai seiring dengan misi hidup kita di muka bumi ini. Minimal sekarang anda akan memiliki prioritas ilmu-ilmu apa saja yang harus anda kuasai di tahap awal, dan segera jalankan, setelah itu tambah ilmu baru lagi. Bukan saya, sebagai teman belajar anda di IIP selama ini, maupun para ahli parenting lain yang akan menentukan tahapan ilmu yang harus anda kuasai, melainkan *_DIRI ANDA SENDIRI_*
Apakah mudah? TIDAK. Tapi yakinlah bahwa kita bisa membuatnya menyenangkan. Jadilah diri anda sendiri, jangan hiraukan pendapat orang lain. Jangan silau terhadap kesuksesan orang lain. Mereka semua selalu berjalan dari KM 0, maka mulai tentukan KM 0 perjalanan anda tanpa rasa “galau”.
Inilah sumber kegalauan diri kita menjalankan hidup, kita tidak berusaha memahami terlebih dahulu apa“misi hidup” kita sebagai individu dan apa “misi keluarga” kita sebagai sebuah komunitas terkecil. Sehingga semua ilmu kita pelajari dengan membabi buta dan tidak ada yang dipraktekkan sama sekali. Semua seminar dan majelis ilmu offline maupun online kita ikuti, karena kekhawatiran tingkat tinggi akan ketertinggalan ilmu kekinian, tapi tidak ada satupun yang membekas menjadi jejak sejarah perjalanan hidup anda.
Check List harian sudah anda buat dengan rapi di Nice Homework#2, surat cinta sudah anda buat dengan sepenuh hati di Nice Homework #3. Bagi yg sudah menemukan misi hidup dan misi keluarga, Misi tersebut sudah kita tulis besar-besar di dinding kamar, tapi anda biarkan jadi pajangan saja. Maka “tsunami informasilah” yang anda dapatkan, dan ini menambah semakin tidak yakinnya kita kepada “kemampuan fitrah” kita dalam mendidik anak-anak.
“ *Just DO It*”,
_lakukan saja meskipun anda belum paham, karena Allah lah yang akan memahamkan anda lewat laku kehidupan kita_.
Demikian juga dengan pendidikan anak-anak. Selama ini kita heboh pada _Apa yang harus dipelajari anak-anak kita_, bukan pada _Untuk apa anak-anak mempelajari hal tersebut_ Sehingga banyak ibu-ibu yang bingung memberikan muatan-muatan pelajaran ke anak-anaknya tanpa tahu untuk apa anak-anak ini harus melakukannya.
Ada satu kurikulum pendidikan yang tidak akan pernah berubah hingga akhir jaman, yaitu
PENDIDIKAN ANAK DENGAN KEKUATAN FITRAH
Tahap yang harus anda jalankan adalah sbb:
a.Bersihkan hati nurani anda, karena ini faktor utama yang menentukan keberhasilan pendidikan anda.
b. Gunakan Mata Hati untuk melihat setiap perkembangan fitrah anak-anak. Karena sejatinya sejak lahir anak-anak sudah memiliki misi spesifik hidupnya, tugas kita adalah membantu menemukannya sehingga anak-anak tidaka kan menjadi seperti kita, yang telat menemukan misi spesifik hidupnya.
c. Pahami Fitrah yang dibawa anak sejak lahir itu apa saja. Mulai dari fitrah Ilahiyah, Fitrah Belajar, Fitrah Bakat, Fitrah Perkembangan, Fitrah Seksualitas dll.
d. Upayakan proses mendidik yang sealamiah mungkin sesuai dengan sunatullah tahap perkembangan manusia. Analogkan diri anda dengan seorang petani organik.
e. Selanjutnya tugas kita adalah MENEMANI, sebagaimana induk ayam mengerami telurnya dengan merendahkan tubuh dan sayapnya, seperti petani menemani tanamannya. Bersyukur atas potensi dan bersabar atas proses.
Semua riset tentang pendidikan ternyata menunjukkan bahwa semakin berobsesi mengendalikan, bernafsu mengintervensi, bersikukuh mendominasi dsbnya hanya akan membuat proses pendidikan menjadi semakin tidak alamiah dan berpotensi membuat fitrah anak anak kita rusak.
f. Manfaatkan momen bersama anak-anak, bedakan antara WAKTU BERSAMA ANAK dan WAKTU DENGAN ANAK. Bersama anak itu anda dan anak berinteraksi mulai dari hati, fisik dan pikiran bersama dalam satu lokasi. Waktu dengan anak, anda dan anak secara fisik berada dalam lokasi yang sama, tapi hati dan pikiran kita entah kemana.
g. Rancang program yang khas bersama anak, sesuai dengan tahap perkembangannya, karena anak anda “very limited special edition”
Bunda, mendidik bukanlah menjejalkan, mengajarkan, mengisi dsbnya. Tetapi pendidikan, sejatinya adalah proses membangkitkan, menyadarkan, menguatkan fitrah anak kita sendiri.
Lebih penting mana membuat anak bergairah belajar dan bernalar atau menguasai banyak pelajaran, lebih penting mana membuat mereka cinta buku atau menggegas untuk bisa membaca.
Jika mereka sudah cinta, ridha, bergairah maka mereka akan belajar mandiri sepanjang hidupnya.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/
Sumber bacaan :
_Irawati Istadi, Mendidik dengan Cinta, Jogjakarta, 2013_
_Harry Santosa dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2016_
_Antologi, Komunitas Ibu Profesional, Bunda Sayang, Surakarta, 2014_
_Materi Matrikulasi sesi #3, Membangun Peradaban dari Dalam Rumah, 2017_
DISKUSI :
1⃣
#tanya-fajrin
1. Maaf, mungkin bisa dicontohkan program yang khas bersama anak seperti apa?
2. Apakah mengajak anak semisal berkebun atau bermain di kandang kambing (rutinitas kami dengan Nadia di pagi hari) serta menyodorkan beberapa buku (biasanya Nadia yang menentukan sendiri buku yang ingin dibacakan) termasuk kegiatan yang bisa membangkitkan, menyadarkan dan menguatkab fitrah anak? Terima kasih
➡Mbak Fajrin yang baik, program khas bersama anak bisa disesuaikan dengan kondisi di rumah dan minat serta ketertarikan anak. Kalo saya di rumah, saya libatkan anak dalam setiap aktifitas. Saya nyuci baju, anak main air. Saya masak, anak ikut metik - metik. Di kantor, anak juga dilibatkan untuk jadi asisten bunda mulai mengambilkan kertas, beres-beres rak dll. Apa saja yang bisa dilakukan anak, dan mereka senang serta belajar, Saya libatkan. Jadi tidak ada aktifitas khusus.
Kegiatan yang sudah mbak lakukan juga sudah merupakan kegiatan khusus bersama anak. Dan menguatkan fitrah belajar anak selama tidak ada unsur menjejali. Karena dalam proses membangkitkan, menyadarkan dan menguatkan fitrah anak, pada dasarnya kita sebagai orang tua hanya sebatas menjadi fasilitator yang membersamai anak. Yang bisa kita berikan hanyalah stimulus, kawal terus fitrah anak supaya tetap pada jalurnya. Stimulus, fasilitasi dan bersamai, teman.✅
Benar sekali mbak Rizki... selain itu sekarang sudah banyak metode-metode yang "kekinian" dalam membersamai sikecil๐.
Sebagai fasilitator anak-anak kita bebas memilih dan memakai yang sesuai dengan kondisi kita serta minat dan ketertarikan anak. Carilah aktifitas yang membuat mata anak berbinar๐
Mendidik anak secara alami dan sunatullah adalah mendidik sesuai perkembangan fitrah anak. kita menemani dan berinteraksi secara fisik dan psikoligis dalam setiap perkembangannya bukan menjejali, mengajari apalagi mengintervensi dan mendominasi. Mendidik adalah proses membangkitkan, menyadarkan dan menguatkan fitrah anak yang sudah Allah berikan .✅
2⃣
#tanya-intan, bagaimana cara untuk menemukan misi hidup, misi keluarga dan misi spesifik anak?
Bagaimana cara untuk mendidik anak agar didikannya bisa secara alami sesuai sunnatullah?
➡Mbak Intan yang baik, langkah pertama dulu saya Gunakan 5W1H. Coba tanyakan pada diri sendiri dengan menggunakan rumus tersebut, lalu diskusi dengan suami terkait keluarga, lalu perhatikan anak-anak kenapa mereka di amanahkan dalam rahim saya dan berada di tengah-tengah keluarga saya?bukan orang lain?
kalo kata Pak Dodik pake ilmu titen. Allah memberi tugas, pasti sudah melengkapi kita juga dengan semua yang diperlukan untuk menyelesaikan misi itu. Jadi lihat saja, perhatikan saja, bahasa jawanya titeni apa-apa yang terasa mudah, seperti Allah yang membantu kita melaksanakannya...mungkin disitulah peran dan misi kita๐
3⃣
# tanya ( ima)
Terimakasih materinya mba..sepertinya saya memang menunggu materi ini. Saya memiliki anak sulung 8 tahun. Dulu saya memang bekerja dan bsru berhenti kerja satu tahun ini. Belakangan ini saya merasa kesulitan menghadapinya.. karena anak saya lebig suka dan lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah dengan teman temannya. Juga sepertinya mulai kecanduan game online...masya allah materinya sangat menyentuh sekali mba. mungkin awalnya memang karena kesalahan saya yang sibuk bekerja. Apa yang harus saya benahi dan lakukan terkait anak saya tersebut. Karena semakin dilarang dia semakin memberontak. Dan temperamen..semoga allah jadikan anak yg solih dan allah kuatkan saya mendidiknya.mohon doa dan sarannya mba..terimakasih..
➡Mbak Irma yang baik. Peluuk mbak๐.
Alhamdulillah tidak ada kata terlambat untuk berubah. Langkah awal, mohon maaf kepada si sulung kemudian mohon ampun kepada Allah ya mbak karena kita sudah menyia-nyiakan amanah-Nya selama ini dengan ilmu sekedarnya, minta petunjuknya apa yang harus kita lakukan dan lihat serta rasakan tanda-tandanya pasti akan terlihat jelas lalu ikuti kata hati.
Untuk pendekatan ke ananda, coba mbak berikan ruang di rumah (fasilitasi) dan buat kesepakatan. Usahakan setiap aktifitasnya terpantau oleh kita tanpa beliau merasa dipantau. Lalu amati apakah kegiatannya positif atau negatif? Setelah ada hasil baru lakukan tindakan yang perlu dilakukan.
Statement mbak "sepertinya dia mulai kecanduan game online", itu masih asumsi. Sebaiknya dipastikan dulu, jalin komunikasi tidak dengan melarang tapi coba ikut terlibat dan tunjukan perhatian. usahakan ananda percaya dan mau dekat dengan mbak๐✅
Makasih banyak jawabannya mba..๐ญ๐ญ..insya allah akan saya praktekan.maksudnya tidak melarang dan ikut terlibat bagaimana ya mba? Maaf nanya lagi...
Mbak Sapta salah seorang Fasil matrikulasi berbagi pengalaman semoga menginspirasi ya mbak ๐ : Ini sedikit pengalaman saya pada waktu anak saya mulai sekolah di bangku sekolah dasar senengnya maen diluar dan saya perbolehkan...pernah saya kecolongan anak saya maen game di rumah tetangga..maka untuk mengantisipasi hal tersebut saya minta ke anak saya ajak teman2 mu kerumah Kita ajak makan di rumah yaa...akhir nya saya tahu sifat dan sikap dari teman-teman anak saya...setelah teman-teman nya pulang dan anak saya mau tidur saya mulai memasukkan pesan ke anak saya mana yang mamah suka dan mana yang mamah tidak suka...
Alhamdulillah berubah sedikit demi sedikit menuju ke yang lebih baik..
๐Jadilah teman bermain mereka. Di saat bersama mereka, jadilah bagian dari mereka (tumbuhkan jiwa anak-anak yang ada dalam diri kita). Di saat yang tepat ketika ananda siap menerima kita, masuklah dan ajaklah ananda berdialog dalam posisi mbak sebagai orang dewasa.๐
4⃣
#tanya nina
literatur apakah yg bs kita gunakan utk kemudian kita jadikan acuan dlm merancang kurikulum/bahan pembelajaran yg berbasis fitrah utk anak2 ?
➡Mbak Nina sayang... Saat ini sudah banyak literatur-literatur yang berbasis fitrah. Salah satunya FBE (Fitrah Based Education) Ustd.Harry Santosa, dan yang sesuai kurikulum dan sudah banyak dipraktekkan ibu-ibu IIP adalah Buku Bunda Sayang . (Saya menggunakan itu ๐)✅
5⃣a
#tanya-tia
"Bukan pada apa yang harus dipelajari anak kita, tapi untuk apa anak-anak mempelajari hal tersebut". Apakah kita harus menjelaskan pada anak secara lisan misalnya mengapa dia mempelajari hal tsb. Atau maksudnya bagaimana mbak? ➡Tidak harus dijelaskan, tapi kita sebagai fasilitator memiliki tujuan ketika mengenalkan anak pada sesuatu. Misal melatih motorik halus/ kasar, melatih bicara, melatih menjadi tuan rumah/tamu yang baik. Siap-siaplah dengan jawaban ketika anak bertanya. Ini salah satu cara juga dalam mengasah rasa ingin tahu anak.๐✅
Di sekolah tempat Saya mengajar dulu. Mereka membuat kegiatan sesuai tahap perkembangan anak. Apakah bisa diterapkan pada anak kita di rumah. Sesuai fitrahkah? Misalnya anak usia 7tahun senang meronce, maka kita membuat kegiatan meronce bersama anak..➡selama tidak ada unsur penjejalan kegiatan apapun itu yang sesuai dengan tahanannya itu sesuai fitrah. Cukup perhatikan dan amati reaksi anak ketika kita mengenalkan sesuatu. Dari situ akan ditemukan jawaban ๐✅
5⃣b
#tanya nazroh
1. Gmn ya trik nya spy anak senang belajar pelajaran skolah dan mengerjakan PR? Hrsnya rasa snang bljr itu terus dipupuk..dulu anaknya senang skali blajar dalam kondisi sakitpun...skrg agak susah kl disuruh bljr.
Oiya..sy py 3 putri
➡Mbak Nazroh yang baik, poinnya ada di PR atau di belajar?
Jika di belajar, biarkan anak mempelajari yang disukainya selama itu tidak bertentangan dengan fitrah Nya. Tapi jika di PR, maka sejauh mana PR tersebut bisa memotivasi belajarnya? Sebelumnya mohon maaf usia ananda berapa tahun? Khawatirnya ada fase proses belajar "yang dulu" ternyata telah menyalahi fitrah belajar ananda.
2. Sy kebanyakan mnghabiskan waktu brsama anak terkecil...jd lbh jarang membersamai kaka nya...gmn membagi kebersamaan itu ya bun?➡Saya berbagi pengalaman, Anak saya yang paling besar 5th, yang kedua 3 tahun dan dalam kandungan 7 bulan. Dalam keseharian, saya mencoba melibatkan setiap anak ketika berinteraksi dengan anak yang lain bahkan dalam aktifitasnya biarkan mereka yang berinteraksi secara aktif saya hanya mengawasi.
Misal, si Ade mau minum susu maka saya akan minta tolong si Aa untuk mengambilkan botol susu si Ade. Atau ketika si Ade mau ke kamar mandi, maka si Aa yang mengantar. Membuat roti untuk sarapan bersama, pernah saya libatkan si Ade dan si Aa, saya mengoles mentega, Aa dan Ade tabur coklat, Aa ambil piring Ade ambil gelas.
Begitupun terhadap calon adiknya yang masih dalam kandungan, saya selalu minta Aa dan Ade untuk menyapa dan mengajak bermain adiknya di waktu tertentu seperti mengelus perut, ngajak ngobrol , bercerita sampai ada respon dari sang bayi dalam perut itu reaksi anak-anak luar biasa senangnya. Memang tidak selalu mulus, adakalanya diakhiri dengan drama dan kericuhan. Di saat seperti itu baru saya dan suami turun masing -masing menghandle 1 orang๐.
Poin pokoknya, libatkan setiap anak ketika kita berinteraksi dengan anak yang lain. Sehingga statement "Bunda lebih sayang Aa daripada Ade" itu bisa dihindari๐.✅
6⃣
#tanya_dewi
Bagaimana menguatkan anak-anak dari lingkungan yg tidak kita inginkan
Misalnya kita sudah buat strategi2 dan kesepakatan keluarga, namun kita tidak dapat menutupi kemungkinan untuk anak-anak bergaul dengan lingkungan nya, ataupun dengan sepupunya namun beda pemahaman (pola asuha)nahh bagaimana anak-anak kita agar tidak terkontaminasi namun tetep bergaul dengan mereka, mewarnai mereka
➡Mba dewi sayang,betul sekali kita tidak bisa membatasi pergaulan anak dengan keluarga dekat,alangkah baiknya kita kuatkan dari dalam hitam katakan hitam,putih katakan putih tidak ada abu2,jadi saatnya ada pengaruh buruk otak anak langsung menolak "ada yang salah nih". Dan jadikan kita teman yang baik dan nyaman untuk anak2,saat anak mendapat input yg diluar ajaran kita,anak akan lari ke kita mencari penjabaran itu baik/buruk.
Konsisten dengan sikap dan kesepakatan yang sudah di ambil. Anak cenderung menguji konsistensi orang tuanya.๐
So keep konsisten dalam bersikap. Menghadapi lingkungan, yang harus disiapkan adalah imunitas. Semakin ganas virus ideologi dari luar, maka harus semakin kuat juga imunitas yang ditanamkan di dalam rumah.
Steril➡terkontaminasi➡bersihkan➡terkontaminasi lagi➡bersihkan lagi➡tambah imunitas
Terus dan terus... lakukan sampai anak benar-benar kebal dan mampu membuat perlawanannya sendiri๐✅
7⃣
Assalamu'alaykum
#tanya - elli
Bagaimana caranya agar2 anak2 belajar sesuai dengan fitrahnya, kalau anak2 yang bersekolah formal, disana jarang sekali belajar sesuai dengan fitrah anak2, ditambah ada PR ?? Terimakasih
➡Wa'alaikumsalam warohmatulloh.
Belajar sesuai fitrah bisa bermacam-macam bentuk dan caranya. Semua boleh kecuali yang tidak boleh (lihat kembali materi 4).
Salah satu yang sudah dipraktekan mbak Nesri koordinator IIP Bogor.
Anak dalam rentang usia 0-7th masih dalam masa eksplorasi...let it be. niatkan buat investasi ya, Bunda...lebih baik dia pindah-pindah kegemaran sekarang daripada ketika sudah besar pindah-pindah kerjaan tiap 3 bulan.
Saya share pengalaman aja, ya Bunda. Anak saya yang pertama pengen les renang. Oke, diberi dan difasilitasi. Dibelikan fin, goggle, baju renang, dan papan latihan, karena syarat dari gurunya semua harus ada. Dia berenang hanya sampai bisa ngambang lalu gantung fin. Lalu minta sekolah bola, beli juga sepatu bolanya yang berlaku di tapak.
tahan 3 bulan juga, lalu berhenti. Pernah tertarik dengan astronomi sampai dibelikan teropong oleh kakeknya untuk melihat bulan. Hanya dipakai 5 kali teropongnya, lalu disimpan. Sekarang, setelah berkali-kali ganti bidang minat, dia memutuskan untuk fokus belajar tentang ikan. Alhamdulillah...perjalanan panjang. Dan saya yakin dia bisa memastikan diri untuk fokus di satu bidang karena dia sudah pernah coba banyak bidang yg lain. Jadi, saya tak menyesal dengan semua investasi materi dan nonmateri yg dikeluarkan. Semua memfasilitasi dirinya untuk menemukan jati diri...๐
๐Langsung contoh kongkret pada praktek.
Aiko 7 tahun kelas 2 SD senang sekali menggambar. Di sekolahnya seringkali banyak PR. Ketika beliau mengeluh, saya coba tanamkan Aiko boleh kerjakan itu kalo Aiko suka. Kalo tidak,tidak apa-apa jangan dipaksakan Aiko boleh minta bantuan. (Peranan seluruh orang rumah dalam menyikapi hal ini sangat menentukan)Lalu .kami fasilitasi kegemarannya untuk terus di asah dan beliau senang. Lalu bagaiman dengan gurunya? Sejauh ini saya coba mengkomunikasikan hal tersebut dengan gurunya, alhamdulillah saat ini semakin banyak guru yang faham dengan hal ini.
Semoga bisa membantu...๐
Lain hal yang saya Coba bantu lakukan terhadap keponakan yang juga bersekolah di sekolah formal dengan "PR"nya
8⃣
Tanya - Nadya Vaizal
Pendidikan anak sesuai fitrah, apakah artinya, kita harus menanamkan kesukaan belajar, dibandingkan dengan mengenalkan banyak bidang ilmu?➡
Mbak Nadya yang baik, pertanyaannya mirip denga. Yang atas ya... ๐
Sebenarnya hal itu hanya salah satu contoh saja. Namun yang dimaksud dalam contoh tersebut adalah menekankan pada kualitas bukan hanya kuantitas belajar. Praktek pendidikan sesuai fitrah bisa bermacam sesuai kondisi anak dan keluarga karena setiap keluarga unik. Semua boleh kecuali yang tidak boleh. Yang tidak boleh adalah menjejalkan, mengendalikan, mengintervensi dan mendominasi sehingga fitrah anak rusak. Jadi sebenarnya sah-sah saja jika kita mengajarkan banyak bidang ilmu jika fitrah anak tetap terjaga. ✅
Bolehkan saya diberikan contoh konkret aktivitas yg menanamkan kesukaan belajar, dibandingkan dengan mengenalkan banyak bidang ilmu?
➡contoh kongkret sudah saya share ๐๐ป
Lakukan tour de tallent๐
https://youtu.be/dBKUnlG-S0I