What Why then Who! Just Be Fast!

Setelah membaca Tweet Salah satu orang sukses di twitland, saya jadi ingin mengulasnya sedikit. Well, sebelumnya mari kita simak apasih twitnyaa?

@TungDW: "Kalo udah tau What i Want, dan Why I Want, daripada mikir How nya, mending cari Who Already there! Learn dan kerjasama! Lebih cepat!"

Singkat Padat dan Jelas yaa.. ihik X)

Kira-kira begini konsepnya, what why = pelajari, who = cari partner, how = kerjasama! Secara waktu, usaha, bahkan juga modal seharusnya bisa berjalan efisien, yakan? Kemudian, bisa berkembang lebih banyak ide, yang diharapkan ide tersebut tersaring dengan pemikiran matang sehingga menjadi mutakhir. Kalau memang sudah satu tujuan dan satu konsep dengan si partner, ide kita (insyaAlloh) akan saling melengkapi kekurangan masing-masing. Thats why two people is better than one!
Hihi. Tinggal actionnya, nih! Ayo kapan "ber-Action" para Generasi Muda! :'D

Teori ini berlaku untuk berbisnis atau segala bentuk kerjasama demi membuahkan hasil yang baik serta mencapai kesejahteraan bersama. Setuju? :)

Lalu untuk kepengurusan suatu acara, membuat event yang manfaat bagi lingkungan sekitar, butuh partner juga dong ya, supaya mau bersukarela menyediakan waktu, tenaga dan tanggung jawabnya demi keberlangsungan acaraa? Nah, daripada mikir HOW nya sendirian, kelamaan. Mending cari WHO ALREADY therenya dulu, kaan? Tanpa bermaksud, tidak memikirkan HOW nya sama sekali, karena tujuan kalimatnya ialah, dengan mencari who already-nya terlebih dahulu (setelah memahami what i want and why i want), maka akan membuat kita ber-action lebih awal, dan bergerak lebih cepat! Kobisa?! karena memikirkan How-nya bersama-sama. Sesimple itu? InsyaAlloh, iya :)

Lalu, kita coba contoh ruang lingkup yang lebih kecil namun efeknya besar.
Contoh:
Ingin berkeluarga.
#eeaa
(gue tau banget deh kalo yang baca temen-temen gue pasti ungkapan #eeaa itu semacam automaticly bunyi dari mulut mereka. Pffft!)

Kenapa What, Why dan Who?
What : Apa yang kamu mau dari pasangan. (gaperlu muluk, yang penting satu visi misi dalam berumah tangga, khususnya untuk kepentingan akhirot)
Why : Kenapa memilih kriteria/tujuan seperti itu? Apa yang diharapkan setelah mendapatkan (kriteria/tujuan yang sama) itu?

Sudah mengerti sampai disini?
Oke, lanjut.
Who : Nah! pada fase ini, kalau ingin efektif efisien, tinggal cocokin deh sama what dan why tadi ke objek nyata-nya. Walaupun, semua kembali lagi ke kodarnya masing-masing, tapi kan manusia itu wajib usaha. Ya gak?
Kalo udah cocok sama What dan Why nya tadiii, istikhoroh deh! #eheeaaa XD << eeaa lagi :p

Untuk step How-nya:
Gimana nikahnya, gimana resepsinya, gimana gedungnya, gimana lalalalala-nya, Ntar dulu!
Yang penting udah tau what why sama who nya. Kalo belum tau, ya gimana bisa ke step How. Iya apa iyaaaa? hmmm.. :)

Nah, terkadang proses How ini bisa terjadi sebelum fase who. Kenapaaaa? Karena ternyata si Who already nya, gak ready tuh! Salah target, dong? Jelas. Udah istikhoroh, hasilnya "engga", etapi kok maksa. Hasil "engga" ini, bisa jadi karena si Who (target) belum siap, atau gak cocok, atau bahkan beda visi misi. Nah, biasanya dari perbedaan-perbedaan tersebut, hasilnya udah keliatan insyaAlloh "engga" nih, etapi ya tetep maksa, alasannya cinta. Haduuh kaaak.. Yang lebih kasian lagi, kitanya malah jadi pusing mikirin How to make (S)He to be "The One Who Already" for you. Cape gak sih, kak? Agak oon juga sih, sebenernya. :|

Padahal, seperti yang sebenarnya kita sudah ketahui, Alloh itu kan udah nyiapin "Who Already for us" in one day. Kenapa juga jadi pusing-pusing mikirin yang jelas-jelas unready or not into you, sih?
Someday, (S)He is really into us itu bakal dateng, kok (insyaAlloh). Syaratnya cuma doa, usaha, iman (percaya) dengan kesemuanya aja. Setelah kesemuanya itu sudah dilakukan, tawakal.. Iyes, ngomong gampang, praktek ... gakmudah, tapi bukan berarti gakbisa, toh? ;) Semangats! ^^/

Ibarat Hujan

Kalau sebelum hujan ada isyarat mendung, terkadang sudah mendung pun malah tak jadi hujan. Kalau sebelum hujan tak ada mendung, tapi kemudian deras tanpa dikira. Kalau sebelum hujan sudah ada mendung, dan pasti akan hujan, sekalipun ditahan, sekalipun sudah berencana akan pergi ke taman, sekalipun apa, hujan akan tetap turun, dan tidak jadi pergi ke taman. Lalu, nikmatilah hujan, ia datang dengan segala keberkahannya. Biarkan ia mengalir perlahan, rasakan butiran-butiran airnya menyentuh. Menenangkan. Bersyukurlah.

The End is The Beginning

Sebuah akhir sejatinya adalah sebuah permulaan. Permulaan kehidupan baru, atau permulaan wujud baru, atau permulaan kewajiban juga tanggung jawab baru. Sama seperti ketika air berakhir di titik 0 derajat celcius, maka ia adalah awal dari perubahan wujud menjadi es. Sama seperti akhir dari sekolah (lulus), merupakan awal dari melanjutkan tingkat sekolah yang baru. Sama seperti akhir dari masa kelajangan, menikah, adalah awal dari sebuah perjuangan hidup yang baru. Bahkan kematian, adalah awal dari sebuah kehidupan baru, kehidupan yang kekal.

Akhir dari sesuatu ada begitu banyak cara dan jalannya. Ada yang indah, ada yang berliku, ada yang pahit, ada yang mulus. Bukan, bukan kita yang dapat memilih bagaimana jalan itu seharusnya. Tapi, adalah kita yang dapat menentukan untuk tetap hidup dan memulai kehidupan baru yang lebih baik, atau terpuruk dan menyesali yang telah lalu.

Setiap akhir, sepatutnya menjadi pembelajaran kehidupan untuk melangkah dan berkembang lebih baik dari sebelumnya. Setiap akhir, memiliki hikmah, pesan moral, kekuatan, wawasan, memperkaya paradigma, membuka hati agar selalu lapang, apapun hasilnya. Ketika hasil akhir adalah baik, maka manusia dituntut untuk tidak besar hati, namun dicoba dengan berbagai hawa nafsu untuk berbangga diri, yang padahal, dirinya bukanlah apa-apa. Ketika hasil akhir adalah buruk, atau tidak seperti yang diharapkan, maka manusia dituntut untuk kuat, menerima dengan lapang, tetap bersyukur dengan ikhlas, namun dicoba untuk frustasi, depresi, tidak dapat mengendalikan emosi yang begitu menyesal dengan sebuah akhir. Yang seharusnya, akhir itu adalah cambuk untuk memulai awal yang baru, yang jauh lebih baik.

Ketika sesuatu berakhir, sekuat apapun perjuangannya, seburuk apapun hasilnya, serumit apapun jalannya, seperih apapun rasanya, tetaplah tersenyum, bersyukur dan yakin, bahwa Dia yang anda percaya, akan memberikan awal yang jauh lebih baik kedepannya.

Ketika sesuatu dimulai, seindah apapun bayangan anda, sehebat apapun rencana anda, dan sematang apapun pengalaman hidup anda, cobalah untuk tidak berjalan sendiri, titipkan hati anda secara utuh kepada Dia yang anda pintai, untuk menjaga hati anda, melindunginya, dan menetapkannya tetap dalam keimanan, dan bahagia untuk terus beribadah kepadaNya. Percayalah, suatu saat terjadi sesuatu yang buruk pada hidup, hati anda tetap utuh, indah, tidak akan ada lecet bahkan luka, satu milimeterpun.
 
Nadyavaizal's Blog Design by Ipietoon