Social media, riya' dan niat

Jadi begini, sadar akan khasiat dari ampuhnya popularitas yang diakibatkan oleh social media, banyak orang menggunakannya dengan maksimal. Salah? Ya enggak juga sih, kalo niat awalnya emang mau jadi model, artis or even nyaleg? Awal tulisan ini terinspirasi dari artikel judulnya Mbak Perempuansore yang judulnya, “Generasi Digital Adalah Generasi Pamer”.

Sebelumnya udah lama kepikiran hal seperti ini dan Alhamdulillah sudah sadar serta mulai menahan kelakuan ababil jaman dahulu kala. Yah, gausah naïf lah kadang (bahkan banyak) hasrat-hasrat yang seperti ini saat melakukan aktivitas di social media yang notabenenya dilihat orang banyak. Ada yang niatnya emang cari followers, atau mau kasih tau ke orang-orang kalo “aku ini keren looh”. Nah kalo kata mbak Perempuansore tuh, “banyak orang yang mengejar untuk kelihatan “keren”, ….meng-RT pujian ketika dipuji di twitter, bahkan yang lebih dangkal adalah berlomba-lomba melakukan “unjuk gigi pencitraan” supaya mendapat banyak follower.”

Tapi bagi gue sih, al’amalu biniyat. Yah, kita gatau niatnya orang lain itu apa. Pun orang lain, ke kita. Nah, kebentur lagi masalah gaboleh suudzon, karena suudzon adalah seburuk-buruknya fitnah, maka baiknya dihindari. Ada orang niat posting lagi nongkrong sama siapa, dimana biar keren, ada juga yang sepele, Cuma pengen rekam jejak. Gak ngarep dikomentari apa-apa. Ada orang nasehat di twitter biar temen-temennya dapat manfaat terus pahalanya ngalir ke dia, ada juga biar dibilang faham agama, citra diri baik dimata khalayak. So, which one is you, ya tergantung kamu aja sih. Gak masalah kok, tentang keduanya.

Dan yah, selamat datang di era orang-orang keren (atau merasa dirinya keren) beredar di social media, loh. Hehek. Diluar semua itu, saya juga sedang menasehati diri saya sendiri supaya selalu ingat, niatnya. Kalo udah berbicara masalah niat, sudah masing-masing diri dengan Pencipta, kaitannya.

Kalo di jaman dahulu, orang-orang keren, gak banyak bicara, tapi selalu menghasilkan sesuatu yang keren. Yaa.. gatau juga sih kenapa-nya, siapa tau kan emang karena jaman dulu gak ada tempat eksplorasi diri, jadi gak bisa blow up “iniloh gue”. Hahaa.

Lagi-lagi kalo kata Mbak perempuansore:
----Sedangkan jaman sekarang mau liburan saja, harus pamer dulu dengan status “Lagi packing nih.” Ujung-ujungnya pengin ditanya, “mau kemana sih?”

Yang lagi kencan sama pacarnya, harus pasang status “malam mingguan dulu ya, sama hunbun.” Ujung-ujungnya pengin dikomentari, “Ejieee.”

Atau status sok sibuk yang biasanya kita sengaja lakukan, contoh: “duh, meeting to meeting nih. Sudah kopi ke berapa ya.” Ujung-ujungnya pengin dikomentari, “Sukses ya!” atau “Semangat!”

Hal lainnya, ketika kita pasang status nowplaying sebisa mungkin kita cari musik yang lagi update banget dan kalau bisa yang susah, supaya ketahuan kalau kita memang mendengarkan musik-musik yang “keren” dan tidak biasa. ----
Tapi apa iya semuanya gitu, ya gak sih? Atau kita aja nih yang suudzon? Atau emang kita yang termasuk didalam situ?! Daripada pusing apa iya orang lain itu, pada begitu, ya mendingan mikirin diri sendiri sih, apa iya kita begitu? Jawab aja sendiri lah, gausah kasi tau temen. Nah, yang bahaya, kalo iya kitanya begitu. Duh, kan. Biar apa sih?

Nah, ini nih sedikit dalil tentang riya’ (dalam konteks agama):
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menghilangkan (pahala) sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu ia menjadi bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” [QS Al Baqarah: 264]
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia, dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” [QS An Nisa: 142]
Yes, kalo yang diatas ini nih kaitannya sama amalan-amalan baik yang kita lakukan sehari-hari. Contoh: sholat yang khusyu’ biar diliat sama si ehemnya di mesjid kampus. Terus, shodakoh yang banyak biar dibilang dermawan sama orang lain. Kalo jaman dulu, waktu perang selalu paling depan, biar dibilang hebat.
Nah, kerennya lagi nih, jaman sekarang kan sudah era digital, wujud riya’ dan pencitraan makin canggih lagi. Cuma ngingetin, yang mau ngingetin bangunin doa malem di twitter, sholat dhuha, sama baca quran, di tata bener-bener niatnya. Karena tipudaya syaithon, lebih canggih lagi dari tekhnologi jaman sekarang. Percaya?
Apapun lah, entah itu tulisan mengajak kebaikan, dalil, nasehat, foto lagi pake jilbab syar’i, cek in di mesjid tempat jumatan, kebaikan-kebaikan diri yang basicnya akan diketahui orang banyak, supaya belajar tata niatnya di awal, di tengah dan di akhir. Karena kalau tidak, ya sia-sia amalannya. Malah, bahayanya dapat ancaman sika. Gakmau kan? X(

Nah, ini nih ancamannya:
"(Imam Muslim berkata) Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Habib Al-Haritsi, (Dia - Yahya bin Habib Al-Haritsi telah berkata) Telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Al-Haritsi, (Dia - Khalid bin Al-Haritsi berkata) telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij, (Ibnu Juraij berkata) telah mengabarkan kepadaku Yunus bin Yusuf, dari Sulaiman bin Yasaar, Dia (Sulaiman bin Yasaar) berkata, Ketika orang-orang telah meninggalkan Abu Hurairah, maka berkatalah Naatil bin Qais al Hizamy Asy-Syamiy (seorang penduduk palestine beliau adalah seorang tabiin), "Wahai Syaikh, ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang Engkau telah dengar dari Rasulullah Shollallahu'alaihi wassalam, Ya (Aku akan ceritakan - Jawab Abu Hurairah), Aku telah mendengar Rasulullah Shollallahu'alaihi wassalam bersabda:
"Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : 'Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Ia menjawab : 'Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur-an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: 'Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?' Ia menjawab: 'Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Qur-an hanyalah karena engkau.' Allah berkata : 'Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang 'alim (yang berilmu) dan engkau membaca al-Qur-an supaya dikatakan seorang qari' (pembaca al-Qur-an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : 'Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Dia menjawab : 'Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.'"


Kalo yang versi dunianya gimana, Nad?
Tau gak sih, iblis itu dikeluarkan dari surga karena apa? Yes, sombong. Nah, kalo ada diantara kita yang memposting tulisan, foto, lokasi, aktivitas, banyak hal dengan didasari secuil saja rasa sombong, merasa paling pintar, paling keren dibanding yang lain di dalam hati, hhmmff.. hati-hati guys..

Terus, gaboleh ngajak kebaikan di social media? Ya bolehlah! Siapa bilang gak? justru kalo tidak mengajak kebaikan mencegah kemungkaran karena takut dibilang pamer, malah jadi dosa, bung.. Berarti niatnya bukan karena Alloh, tapi karena takut. Nah, sekarang tinggakl pinter-pinter ambil porsinya masing-masing aja, maunya gimana. :)

Saya tau, banyak temen-temen disini yang keren, sibuk, berwawasan, berpendidikan, berpenghasilan, apalagi? Banyak lah. Tapi kalo mengkutip dalil ini:

"Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia dan berjalan di muka bumi in dengan angkuh. Sesungguhnya Alloh SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri" (QS. Luqman:18)

“Tidak akan masuk syurga orang yang didalam hatinya terdapat sifat sombong walaupun sebesar biji zarah (atom)” (HR. Muslim 2/89 dan At Tirmidzi 3/243)

Yang kalian banggakan tadi lumpuh. Cacat tanpa ridhonya. Bahkan neraka. Berat ancamannya. Ini serius, di akhirot nanti kita gak cuma sehari dua hari loh. Lagian, emang sanggup gitu di kasih air yang sangat mendidih, untuk diminum, sehari aja?

Quote terakhirnya Mbak perempuansore:
“Mereka lupa bahwa orang-orang “keren” tidak pernah berupaya dengan keras untuk “berteriak” kepada dunia bahwa ia sudah melakukan sesuatu. Orang “keren” yang sebenar-benarnya “keren” tidak perlu pamer.”


Di hari pembalasan, nanti akan ada orang-orang yang mengherankan derajat surganya karena apa-apa yang mereka lakukan, namun tidak diketahui orang banyak.
 
Nadyavaizal's Blog Design by Ipietoon