Perayaan Hari Raya Natal dalam Islam

Islam adalah agama yang Sempurna.

Keturunan memang yang mengantarkan saya pada Islam. Hidayah, tetaplah Alloh yang memberikannya pada orang-orang yang Ia cintai. Islam sekarang, setelah sekian lama saya ditetapkan dalam Hidayah dan dimudahkan juga dalam pencarian ilmu (Alhamdulillah), bagi saya kini menjadi agama logis yang bisa memuaskan akal, menenangkan hati, dan sesuai fitrah. Tidak kekurangan sesuatupun.

Prinsip tauhid di dalam Islam itu sederhana dan pasti. Dengan adanya Tuhan yang satu, hal itu menenangkan dan menentramkan saya, dan semua umat. Salah satu prinsip hidup dalam islam yang terpenting adalah penjagaan kita terhadap aqidah. Mengakui dan bersaksi bahwa Allah itu satu dan tidak ada Tuhan selain-Nya.

Bagaimana seorang muslim/muslimah menyikapi Hari Raya Besar umat Nasrani?

Bagi kaum Nasrani itu perayaan terbesar, yaitu kelahiran Yesus, Tuhan Juruselamat bagi mereka. Maka perayaan Natal itu bagi saya (dan bagi umat muslim, sepatutnya) memiliki konsekuensi aqidah.

Namun ada beberapa hal yang sulit mereka kaum Nasrani terima dan (bahkan) sebagian muslim, "mengapa tidak boleh hanya sekadar mengucap Natal atau ikut merayakan?"

Apakah benar "selamat Natal" itu hanya sekedar ucapan? Bagi mereka begitu, lalu apakah kita sebagai muslim perlu bertoleransi dengan mengucapkan "Selamat Natal?" Apa konsekuensi Aqidah yang kita pertaruhkan ketika memberi ucapan selamat?

Bagaimana jika mengucapkan "selamat" tanpa berniat mengingkari Tuhan itu satu?

Jawabannya, bagaimana mungkin? Sementara seorang muslim iman kepada Alloh itu dengan hati, lisan dan perbuatan. Bagaimana konsekuensinya jika lisan ingkar?
Di dalamnya terdapat sebersit wujud pengingkaran keyakinan bahwa Allah itu satu dan tiada yang bersekutu dengan-Nya. Secara langsung ataupun tidak. Secara sengaja ataupun tidak.

"Selamat Ulang Tahun" pun hanya sekedar kata-kata, namun karena ia adalah tradisi Yahudi, Nasrani dan Paganism maka sebagai muslim kita perlu menelisihinya.

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

‘Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka”(HR Abu Dawud, hasan)

Maka benarlah bahwa kata-kata "hanya" atau "cuma" itu seringkali hasutan setan yang paling laris.

Bagaimana Islam memandang Nabi Isa AS?

Islam itu sangat menghormati Yesus (Isa), namun kami memuliakannya sebagai Nabi bukan sebagai Tuhan. Kisah Isa Ibnu Maryam tersebut di dalam Al-Qur'an, dan kami umat islam tidak bisa menerima bahwa Nabi Isa diaku sebagai Tuhan. Kemudian ibunya Maryam adalah wanita terbaik di dunia karena kesuciannya dan kami juga tidak bisa menganggapnya ibu dari Tuhan.

"Dan keselamatan dilimpahkan kepadaku, pada hari aku lahir, pada hari aku wafat dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali" (QS 19:33)
Islam menghormati Nabi Isa sebagaimana Islam memuliakan ibunya, juga keluarga nabi-nabi sebelumnya, Imran, Daud, Musa, dan Ibrahim

Apakah mungkin umat Islam merayakan atau mengucapkan yang dianggap sebagai hari lahir (natal) Tuhan Yesus (Isa), sementara Isa bin Maryam berpesan,

قَالَ إِنِّى عَبْدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِىَ ٱلْكِتَٰبَ وَجَعَلَنِى نَبِيًّۭا

Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. (QS. 19:30)

Apakah Islam membenci orang selain Islam?

Tidak ada kebencian pada orang selain Islam, sesungguhnya kita ingin mengajak mereka menuju cahaya Islam, karena rasa sayang sehingga bisa menetapi Alquran dan Alhadits secara bersama-sama.

Bila kita berperilaku baik pada saudara kita non-Muslim, sejatinya tidak mengucap Natal tak menjadi persoalan dan masalah yang serius. Karena mereka pun perlu tahu bahwa toleransi itu menghormati bukan mengikuti. "Bagimu agamamu, bagiku agamaku"

Pentingnya kekuatan pondasi aqidah bagi setiap anak adalah kewajiban bagi ibu dan ayahnya sebagai madrasah pertama untuk selalu belajar dan belajar memahamkan dirinya di dalam Islam. Islam sebagai agama, Islam sebagai
Tata cara berkehidupan yang benar dan keseluruhan.

Semoga Alloh senantiasa memudahkan kita menjaga aqidah masing-masing dan keluarga, agar tidak terombang-ambing dengan alasan toleransi.

 
Nadyavaizal's Blog Design by Ipietoon