Pergeseran paradigma tentang program pemuda-pemudi dalam memperjuangkan Quran Hadits kali ini mengusiknya. Keberadaan pemuda dalam pengembangan Quran Hadits seakan semu dan menjadi sesuatu yang biasa dan tidak wajib. Mereka bangga dengan absensi yang kosong karena sungkan untuk tetap mengikuti program tersebut. Atau mereka senang ketika mereka terlalu sibuk dengan aktivitas duniawinya sehingga mereka harus izin untuk tidak mengikuti kegiatan wajib sebagai pemuda yang mengerti Alquran dan Alhadits. Ada pula mereka yang berpendapat sudah seharusnya melakukan regenerasi tanpa tetap turut andil dalam kegiatan-kegiatan positif (yang bahkan sangat dibutuhkan oleh para generasi sebelum dan sesudahnya) yang mengajak pada kebaikan. Yang memiliki visi melestarikan Quran Hadits sampai batas usia yang diberikan olehNya.
Dia terdiam. Merenung.
Dia berpikir pelan pelan. Mencoba menjauh sebentar, melihat ke sekeliling. Membuka mata lebar-lebar. Berusaha melihat sesuatu dari segala sudutnya.
Dia lelah akan aktivitasnya sehari-hari. Namun, apakah itu pantas untuk dijadikan alasan agar tidak mengikuti program wajib pemuda-pemudi Quran Hadits? Iya, terkadang dia memang butuh izin, untuk istirahat sejenak. Tapi apakah hatinya bisa tenang, ketika izin tersebut adalah kepura-puraan?
Dia malu, karena usianya yang sudah terlampau jauh dengan teman-teman lainnya. Tapi apakah itu pantas untuk dijadikan alasan agar tidak turut serta membangun, menggerakkan, perkembangan Quran Hadits? Sementara dia masih mampu.
Apakah dia salah, ketika dia tetap ikut program wajib untuk pemuda pemudi yang mengimani Quran Hadits?
Apakah dia salah, ketika dia tetap ikut serta mengaktifkan kegiatan-kegiatan positif untuk menggerakkan pemuda agar senang belajar, bergaul, beraktivitas dalam lingkungan Quran Hadits?
Apakah salah ketika dia memiliki kesadaran diri yang tinggi untuk tetap ingin memajukan Quran Hadits. Tetap ingin beramal sholih. Tetap ingin mendapatkan pahala, karena dia berpikir dia memiliki jalan dan potensi dalam jalur tersebut?
Apakah semuanya salah? Atau mana bagian yang salah? Kenapa saya yang menjadi merasa bersalah? Ada apa ini sebenarnya. Saya bingung. Saya sedih.
repost blog lama. Didedikasikan buat pembaca budiman yang haus dengan tulisan saya.
mudah-mudahan manfaat barokah :')
0 comments:
Post a Comment