Portfolio Pendidikan Anak (Bagian 1)

Beberapa minggu yang lalu saya mengikuti sebuah sharing session di whatsapp group. Disana, Icha (Annisa Anastasia), bundanya Farzan, berbagi pengalamannya saat ikut seminar Kopdar HEbAT Community membersamai anak, dengan tema "How to Create Portfolio for Kids". 

Bagi saya pribadi, sharing tersebut benar-benar membuka mata saya tentang tumbuh kembang serta minat dan bakat anak. Bahwa portofolio dan jurnal adalah berbeda jauh. Bahwa yang kelak anak-anak butuhkan adalah milestone pencarian minat dan bakatnya, potensi serta kekurangannya, bukan hanya pertumbuhan fisik saja.

Portofolio menjadi sangat penting ketika para orang tua bingung harus memulai darimana dan harus berbuat apa untuk menemukan minat dan bakat anak dengan terukur serta dapat dibuktikan.

Jika seorang wanita perlu menghabiskan 20.000 kata per hari demi kesehatan batinnya, maka membuat portofolio ini adalah salah satu cara yang menyenangkan lagi bermanfaat untuk masing-masing anggota keluarga. Terlebih lagi jika sang ibu senang berpikir serta menganalisa, hal ini akan menjadi pengalaman yang mengasyikkan dalam perjalanan hidupnya. Insya Alloh, tabarokalloh.

So, here it is materi pembuatan portfolio anak bagian 1, happy reading ☺❤

----



Baik anak bersekolah maupun tidak, tidak mengurangi sedikitpun tanggungjawab orangtua untuk mendidik anaknya. Permulaan tahun ini barangkali  teman teman AyahBunda perlu untuk mulai mengembangkan Portfolio Pendidikan Anak. Para Guru nampaknya juga memerlukan portfolio siswanya yang dibuat oleh orangtua sehingga ada kerjasama dan sinergi. 

Apa itu Portfolio Pendidikan Anak? 

Hari ini portfiolio pendidikan semakin dibutuhkan. Portfolio ini sebenarnya adalah laporan dan dokumentasi perkembangan anak termasuk bukti (evidence) berupa karya, hasil kerja, atau capaian anak. Portfolio dalam bentuk primitif nya disebut Raport.

Raport yang kita kenal hampir satu abad lebih itu, dianggap sudah tidak relevan lagi dengan zaman maupun relevan dengan aspek potensi keunikan dari tiap anak yang berbeda. Karena  Raport pada umumnya tidak dapat menggambarkan keseluruhan perkembangan dan capaian anak dalam pendidikan. 

Portfolio atau sering ditulis dengan "Portofolio" sendiri berasal dari kata Port (laporan) dan Folio (penuh atau lengkap), yang artinya laporan yang lengkap dan menyeluruh. Intinya, karena setiap anak secara individual diakui "unique" baik dalam potensi, gender, perkembangan, kebutuhan, skill dan knowledge relevan, serta perkembangan sikap maka Portfolio ini diperlukan. 

Karenanya Portfolio Pendidikan anak ini bukan sekedar Folder atau kotak yang berisi halaman evaluasi penilaian dan dokumentasi serta hasil karya anak apalagi hanya akademis semata, namun juga refleksi atas pola perkembangan dan capaian anak.

"Refleksi adalah hasil observasi, empati, analisa, dari sebuah kegiatan atau proyek pendidikan anak". Jika dahulu hanya fasilitator yang mengisi seperti Guru atau Coach, sekarang orangtua, anak dan semua yang terlibat bisa menuliskan hasil refleksinya.

Mengapa Kita Memerlukan Manfaat Membangun Portfolio Anak 

Dengan membangun Portfolio Pendidikan Anak maka para Orangtua akan jauh lebih mengenal anaknya, akan lebih memahami pola perkembangan dan pola potensi keunikan fitrah anak. Hal  ini karena Portfolio akan memberikan rekam jejak, melalui pencatatan jurnal kegiatan atau dokumentasi jurnal kegiatan, disertai lampiran bukti bukti (evidence) produk atau karya, bisa dalam bentuk tulisan, audio, video, dll. 

Jika anak kelak memilih jalur profesional, maka profesional sertifikat atau expert recommendation ikut dimasukkan dalam Portfolio. Banyak universitas atau perusahaan modern lebih membutuhkan Portfolio dibanding ijasah.

Tidak hanya itu, tetapi portfolio juga termasuk merekam refleksi Orangtua, Fasilitator, Maestro, Pendamping Sipritual, juga anak sendiri atas kesan, perasaan, fikiran yang dialami atas kegiatan atau proyek atau pemagangan yang dilakukan anak. 

Dalam jangka panjang, akan terkumpul banyak portfolio, maka akan terlihat pola keunikan dan pola kebutuhan pengembangan anak yang disebut profile potensi dan pengembangan anak. Maka bisa dipilih porfolio mana yang paling mendekati pola kebutuhan pengembangan potensi anak sesuai profile potensinya itu sehingga kelak dapat disusun Personalized Curriculum yang lebh fokus dan terarah.

Jika anak bersekolah, maka sekolahpun akan terbantu dengan adanya Portfolio Pendidikan Anak yang dikembangkan oleh para orangtua maupun anaknya sendiri.

Manfaat dari sisi anak, tentu banyak, diantaranya adalah membantu anak bagaimana mereka melihat dirinya, mendorong tanggungjawab pada proses pendidikan serta keberanian untuk berfikir, merasa dan bertindak dengan cara yang lebih bermakna, mendorong intelectual curiosity, memfasilitasi self awareness dan discovery, mengekspresikan apa yang mereka ketahui, apa yang mereka passion untuk dilakukan dengan bermakna, unik, dengan cara yang lebih kreatif.

Sebagai catatan, ada pertanyaan, apakah anak usia 3-6 tahun dapat dilibatkan? Walau ada yang meragukan bahwa anak di usia 3-6 tahun sudah dapat diminta terlibat dalam mendokumentasikan kegiatannya termasuk memberikan refleksi atas kegiatan yang dilakukan, ternyata pada prakteknya mereka justru antusias membantu dan terlibat.

Berikut adalah Langkah Langkah membangun Portfolio Anak, 

Langkah 1. Tuliskan Filosofi atau Konsep yang Diyakini 

Banyak orang berfikir bahwa mendidik anak adalah masalah teknis semata. Lalu sibuk perihal teknis. Padahal banyak kasus dimana para orangtua bahkan pendidik yang disorientasi dan misorientasi dalam prakteknya, karena ketidak kokohan dalam fondasi filosofi atau konsep pendidikan anaknya. 

Jadi hal terpenting pertama dalam menyusun Portfolio Pendidikan Anak adalah Philosophy atau Concept atau Narasi Besar yang menyatukan keseluruhan bangunan Portfolio Pendidikan Anak. Ini semacam fondasi dan asumsi. Tanpa adanya filosofi atau konsep maka akan sulit menstrukturkan bangunan portfolio pendidikan anak di atasnya.

Misalnya, mereka yang menganut paham Behaviorisme, dimana perilaku dan prestasi anak bisa dilejitkan dengan drilling, pengulangan, pembiasaan, reward n punishment, over stimulus, intervensi dll tentu akan berbeda dengan mereka menganut paham Esensialisme maupun Fitrah. Mereka yang menganut Deficit Based tentu berbeda dengan yang menganut Strengths based.

Filosofi ini kemudian dituliskan dalam "Portfolio Charter" (Piagam Portfolio), pada bagian "Philosophy/Concept Statement", misalnya 

"Saya meyakini bahwa setiap anak lahir dengan membawa fitrah fitrah yang baik, dan saya meyakini bahwa apabila semua aspek fitrah itu tumbuh dengan indah paripurna maka kelak anak saya akan memiliki peran peran terbaik sesuai aspek fitrahnya itu. 

Secara keimanan, saya meyakini bahwa anak lahir telah membawa fitrah keimanan karena mereka telah bersaksi bahwa Allah adalah Maha Pencipta, Maha Pemberi Rezqi, Maha Memiliki dstnya sehingga tugas saya adalah menguatkan aspek fitrah ini dengan membangkitkan ghirah cinta mereka pada Allah, RasulNya dan Agamanya melalui keteladanan dan atmosfir keshalihan di rumah saya bersama keluarga. 

Saya meyakini bahwa setiap anak adalah pembelajar sejati yang tangguh sejak lahir, mereka memiliki nature curiosity dalam belajar dan bernalar dstnya, maka tugas saya tidak banyak mengajarkan namun mengaktifasi dan membangkitkan gairah belajar mereka dengan idea idea belajar dan bernalar yang menantang serta inspirasi belajar yang hebat. 

Saya meyakini setiap anak saya.....dstnya" .

Bisa juga ditambahkan dengan komitmen pada diri ayah atau bunda atau pendidik, misalnya 

"Saya menyadari bahwa sesungguhnya Allahlah Pendidik Sejati bagi anak anak saya, maka saya ridha dan bertawakal atas semua ketentuan Allah, saya berdoa agar Allah membimbing saya, mengkaruniakan rasa syukur dan shabar, memberikan banyak hikmah kepada saya dalam mendidik anak anak saya. Untuk itu saya senantiasa melakukan Tazkiyatunnafs agar Allah berikan Qoulan Sadida, yaitu ucapan dan tutur yang berkesan mendalam, hati yang tenang dan penuh empati, idea yang bernas dan keren, sikap dan perilaku yang pantas diteladani.... dstnya"

Tanpa Filosofi atau Konsep maka kelak akan sulit mengintegrasikan keseluruhan bangunan Portfolio Pendidikan Anak 

Langkah ke 2. Tuliskan Portfolio Plan (Perencanaan Portfolio) 

Perencanaan meliputi Purpose, Type, Pihak Terlibat, Framework yang digunakan, Teknik Refleksi yang digunakan dstnya.

(Bersambung) 

Salam Pendidikan Peradaban 

#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak
#fitrahbasededucation 
#portfoliofitrah 
#portfolio

0 comments:

Post a Comment

 
Nadyavaizal's Blog Design by Ipietoon