Selamat Satu Tahun telah Menjalani Hidup Bersama

Suamiku, 
Aku berharap suatu hari kisah cinta kita tertuang dalam sekumpulan tulisan-tulisan. Di sana, mungkin ada cerita bahagia. Jemari kita begitu lincah mengetik cerita-cerita indah pada keypad masing-masing. Kita menuliskan kata-kata cinta. Menceritakan keajaiban-keajaiban yang Tuhan berikan. Sementara waktu tak terasa melaju semakin larut. 

Tentang tulisan-tulisan itu, aku akan selalu mengingat waktu yang kau sisihkan sekedar untuk menuliskannya. 
Disela kantuk atau sibuk aku memaksamu menuliskan sesuatu, tentang perjalanan cinta. Dan seperti biasa, kau mungkin akan menolak karena bukan begini cara cintamu, namun aku akan tetap memaksa. Ingat itu. 

Siapa yang berinisiatif menuliskan cerita-cerita ini, mungkin suatu saat anak-anak kita akan mempertanyakannya. Mereka membaca paragraf demi paragraf tentang kisah ayah ibunya di sebuah rumah yang kita cicil dengan susah payah. 

Lain waktu, mungkin aku akan menuliskan tentang duka dan beratnya percintaan dan kehidupan. Tentang air mata dan pelukan untuk tetap bertahan dan tenang. Saat mata kita sembab dan berpelukan erat. Saat kita takut dan saling menguatkan. Agar mereka belajar tentang jatuh bangunnya kehidupan dari apa yang telah kita arungi. Bahwa hidup tak selamanya indah, tapi akan cukup indah sekalipun berat, ketika kita percaya bahwa banyak cinta diantara kita dengan kita, diantara kita dengan Tuhan. Ada iman yang menguatkan, ada agama yang memberi acuan. 

Tahukah, matamu menguatkanku? Pelukanmu menenangkanku. Kejujuran dan perilakumu menyatakan kau mencinta tanpa kata. Yang terkadang aku tetap ingin mendengarnya dari bibirmu. Yang terkadang aku masih ingin melihat tulisannya dari jemarimu. Yang terkadang aku ingin diberikan kejutan kecil yang manis. Katakan, tulis dan lakukanlah bila cinta. Membuatku berbahagia tidak salah, bukan? Lagipula, kamu perlu tahu bahwa itu adalah sumber kekuatan untuk menjalani hidupku selanjutnya. 

Suamiku, aku tak pernah berharap salah satu dari kita mendahului yang lain untuk menunggu hari akhir di alam selanjutnya. Kau selalu tau bahwa lebih baik aku yang lebih dulu meninggalkanmu atau kita pergi bersama daripada aku harus ditinggalkan. Aku tidak pernah bisa membayangkan tidur tanpa menciumi baumu, terbangun tanpa melihatmu, bergurau tanpa melihat tawamu, hidup sendiri dalam kenangan-kenangan yang sudah kita tata sedemikian dalam, bersama. 

Kelak, mungkin cucu kita akan bertanya tentang kakek neneknya, sambil menunjuk-nunjuk wajah kita dalam album photo dengan jari-jari mungilnya. Mungkin kita tidak punya cukup waktu untuk menceritakan seluruh lika-liku hidup kita, namun semoga mereka mengerti bahwa kita berdua telah menghabiskan waktu-waktu terbaik untuk mencintai dan mendidik orangtua mereka dengan segala yang kita miliki. 

Suamiku, 
Nanti, kisah kita akan tertulis pada beberapa tempat yang berantakan dan tak utuh untuk bisa menjelaskan detail hidup kita; semua kekhawatiran yang sudah kita lewati, semua doa yang pernah kita panjatkan, semua tangis yang pernah kita curahkan, semua salah yang kita sesali, semua tawa yang membahagiakan, semua yang pernah kita dapat dari pelukan erat atau yang hilang dalam genggaman. 

Tetapi semoga tulisan itu cukup untuk mengabari masa depan bahwa kita pernah melewati masa lalu yang tak dapat tergantikan. 

Tentang waktu, apa yang mesti kita risaukan? Aku sedang mencoba meyakinkan diriku bahwa bukankah hari ini adalah esok yang kemarin pernah 
kita khawatirkan? 

Maka, mungkin sebaiknya aku harus bersikap tenang karena hari ini aku lebih mencintaimu dari kemarin, meski tak sebesar yang akan kuberikan di kemudian hari. Dan aku harap kau pun begitu. 

Selamat satu tahun menjalani kehidupan bersama. Tuhan telah menitipkan satu mahkluk mungil yang kadang tangisannya mengagetkan kita. Selanjutnya, mungkin akan ada dua atau tiga mahkluk lagi. Semoga ke depan, kehidupan dapat memberikan banyak hikmah dan kebahagiaan sehingga kita bisa sukses di hari pembalasan, kelak. 

Selamat berjuang disana, dimanapun. 
Salam rindu yang tak terlukiskan, 
Istrimu.

8 Juni 2015 - C: Facebook's Note

0 comments:

Post a Comment

 
Nadyavaizal's Blog Design by Ipietoon