Muslim yang Kaaffah (Part 1)

Menjadi seorang muslim yang kaaffah itu tidak mudah. Mengapa? Karena hadiahnya surga. Kalo mudah, yabiasalah hadiahnya bukan surga, mungkin kipas angin atau piring syantik.

Sependek pengetahuan saya, golongan manusia-manusia itu sudah dijelaskan dalam Al-Quran.

Apa sajakah itu?

 1. Golongan Mu’min, yakni golongan yang menerima dan menyakini rukun iman yang enam, iman kepada Allah, MalaikatNya, KitabNya, RasulNya, Hari akhir, dan TakdirNya dengan tulus dan jujur. Golongan ini tidak hanya menerima akidah dengan hatinya, melainkan juga mengakui dengan lisannya, dan mengamalkan dengan tingkah lakunya. 



Orang Iman/Mukmin terbagi lagi menjadi 3:
Sabiqun Bilkhoirot (Berlomba-lomba dalam kebaikan)
Muqtashid (Pertengahan)
Dzholimu Linafsi (Menganiaya diri sendiri)

2. Golongan Kafir, yakni golongan yang menolak rukun iman secara terang-terangan. 

3. Golongan Munafik, yakni golongan yang pada lahirnya menerima akidah islam namun sebenarnya hatinya menolak dan tidak mempercayai akidah islam. Mereka menampakan keislaman dan menyembunyikan kekafirannya.

4. Golongan Musyrik, yakni golongan yang mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain. 

5. Golongan Murtad, yakni golongan yang dulunya beriman kepada Allah SAW kemudian keluar dari agama Islam. 

6. Golongan Fasiq, yakni golongan orang yang selalu melakukan dosa
akan menganggap bahwa dosa adalah hal yang biasa dan sulit untuk meninggalkannya. Dan, hal tersebut dapat membuat mereka keluar dari agama (murtad).

Masing-masing golongan dijelaskan pula contoh/ciri khasnya. Ada yang bisa dilihat dengan mata telanjang, ada yang tidak. Boleh di cek lagi Quran Haditsnya masing-masing ya sist.

Namun, sebagai manusia dengan keterbatasannya, kita tidak dapat menjustifikasi seseorang karena hal tersebut adalah haknya Allah. Tapi, kita bisa menjaga diri kita dari kemaksiyatan-kemaksiyatan yang telah dicontohkan, pun menjaga diri kita agar tidak terpengaruh pada orang-orang yang menganiaya dirinya sendiri dengan melanggar perintah Allah dan Rasul.

Ketika kita berhijrah ke arah yang lebih baik, tentu saja selalu ada cobaannya. Kalau lulus ujian bisa naik kelas, kalau gagal ya menunggu ujian selanjutnya, supaya tetap bisa naik kelas. Masa mau stuck disitu saja keimanannya? Jangan dong, ya. 



Sebagai generasi akhir zaman, cobaan mukmin akan lebih dahsyat lagi. Contoh yang paling dekat dengan kita adalah cobaan pergaulan. Lingkungan ini berpengaruh sangat besar pada keimanan dan pola pikir kita. Dan memang sudah rumusnya, yang seakidah akan berteman dengan sesamanya. Karena melelahkan sekali tentunya berteman dengan orang yang berbeda cara pandang tentang Islam padahal seagama.



Jadi jangan heran ketika kita mencoba menjadi muslim yang kaaffah, lalu ada saja diantara beribu teman yang menjuluki kuno. Kolot. Norak. Konservatif atau apalah. 

Santai saja.



Karena tidak pernah ada penjelasan dalam Alquran maupun Alhadits tentang jenis Islam yang kolot dan jenis Islam yang bebas. Itu hasil buah pikir manusia saja demi memuaskan hawa nafsu dan syahwat mereka.

Jangan terpengaruh.

Kembalikan lagi kepada pedoman hidup kita, Alquran dan Alhadits. Pedoman hidup itu berlaku MUTLAK. Sekali lagi ya, MUTLAK. All in.
Tidak bisa dicomot yang sesuai keinginan kita dan dibuang yang tidak kita suka. Tidak bisa juga bebas mengartikannya sesuai pola pikir kita. Tidak bisa. Ada aturan mainnya. Harus sama persis dengan apa yang Rasulullah sampaikan kepada umat terdahulu. 



Menjadi muslim yang baik, menghormati sesama, menutup aurot (dalam artian yang sesungguhnya, bukan berpakaian tapi telanjang), berdakwah, menyampaikan kebenaran Alquran walaupun seayat, dan beribu perilaku juga syarat menjadi muslim yang kaffah lainnya adalah satu paket. Jangan dipisah-pisah. 

Karena menjadi orang baik saja tidak bisa mengantarkan kita ke surga. Perlu iman, ilmu, amal yang sesuai kaidahNya serta taat, ikhlas dan takwa kepada Lillahi Ta'ala.



Katakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah sesuai Alquran dan Alhadits. Karena hanya menjadi baik saja tidak perlu beriman kepada Allah tapi menjadi BENAR dan baik harus selalu berlandaskan ketentuan Allah. Dan tidak semua hal yang BENAR itu menyenangkan. Karena tentu saja, mendapatkan surga itu tidak mudah, jenderal. 



Jangan sampai, hidup singkat, sekali di dunia ini malah menanam jariyah dosa atas pola pikir dan perilaku salah kita yang menginspirasi orang lain untuk ikut serta melakukannya.



Dosa dilakukan sendiri, tanggung jawab sendiri. Dosa dilakukan sendiri namun kemudian diketahui publik dan menginspirasi orang lain untuk berbuat dosa juga, maka menjadi jariyah dosa untuk kita sampai hari kiamat.

Naudzubillahi min dzalik.




Semoga Allah selalu berikan petunjuk serta perlindunganNya untuk kita semua. 
Semoga Allah terus memberi kita kekuatan dan keteguhan untuk melewati ujian-ujian akhir zaman.
Semoga Allah terus menumbuhkan niatan-niatan baik dalam diri kita untuk terus memperbaiki kekurangan diri dan bisa merealisasikannya sesuai Alquran dan Alhadits.
Semoga Allah selalu menjaga dan memberikan pemahaman yang benar kepada anak turun kita.
Aamiin. Yaa robbal 'alamiin.

#notetoself
#personalthoughts

All sourcepict: pinterest/Lia

0 comments:

Post a Comment

 
Nadyavaizal's Blog Design by Ipietoon