koreksi

setiap orang memiliki perjalanan hidup. setiap perjalanan hidup, memiliki tahapannya masing2. ada yang mudah, mulus, lancar. ada pula yang sulit, berkerikil, berkelokkelok. namun, pasti secara dalil: bahwa setelah mudah, maka sulit. dan setelah sulit, maka mudah.
hal ini berlaku baik untuk perjalanan hidup didunia sebagai manusia yang harus tetap eksis untuk menjalani kehidupan, atau sebagai manusia yang berkewajiban beribadah kepada Tuhannya *Alloh SWT.
maka ketika tahapan tahapan itu terjadi, proses metamorfosis dari hal kecil yang terus berkembang menjadi hal besar, khususnya tentang kesuksesan seseorang didunia, cobaan atau rintangan yang dihadapi akan semakin besar. begitu juga hal nya dengan beribadah kepada sang Kholik. ketika ilmu dan kefahaman seseorang semakin tinggi, jangan harap pasukan setan yang akan merusak iman dan amalan manusia adalah setan dari kelas 'bawah', bisa jadi setan yang menjabat sebagai 'jenderal' lah yang akan mengusik ibadah seseorang.
lalu, apakah manusia hanya bisa berdiam diri? tidak. manusia dapat melakukan sesuatu. kenapa tidak dengan lakukan pengecekan setiap harinya. koreksi diri, usahakan sebelum memejamkan mata diwaktu malam. ingat, dosa apa yang sudah dikerjakan hari ini. kelalaian apa yang sudah terjadi di hari ini. kekhilafan apa yang sudah diperbuat hari ini. lalu buat target perubahan ke arah lebih baik untuk hari kedepan. terus, secara konsisten dengan action yang optimal. bagaimana?

seiring berjalannya waktu manusia melakukan perubahan kearah yang lebih baik secara bertahap. ketika kesuksesan kesuksesan dunia diraih, dikumpulkan satu persatu, seperti menaiki anak tangga secara teratur. indah rasanya. namun apa yang perlu dikoreksi disini?
perubahan itu baik. teratur. tidak dengan cara yang tidak halal.
sedikit demi sedikit merasakan kepuasan yang bersifat duniawi dengan cara yang bisa dibilang mudah, ataupun sulit.

kalo boleh berfilosofi, *tsaahh.
ketika pelan pelan seseorang menaiki anak tangga tersebut, LIHATLAH apakah ia menaikinya lurus, searah dengan pertama kali ia menaiki anak tangga? atau bergeser satu derajat, dua derajat, pelan tapi terus bergeser.. ia tetap naik. ia tetap meraih kesuksesan dunia. namun, ia mulai lupa dengan tujuan utama dia setelah mati. surga. ia terus bergeser dari arah yang SEHARUSNYA ia jalani. melenceng, pelan, pelan, tapi pasti. sadarkah ia? tidak. seseorang yang dilencengkan oleh Alloh tidak akan pernah sadar dengan apa yang ia lakukan. keimanan itu seperti benda yang diapit oleh dua jariNya Alloh. ketika Alloh melepasnya, maka hancurlah ia. gagal mendapat kan surga.

koreksilah diri ketika satu kesuksesan dunia kamu raih!

syukuri kesuksesan tersebut, lalu kroscek. apakah masih dalam satu arah dengan tujuan utama: surga? atau sudah melenceng?
ketika kesuksesannya naik satu anak tangga di dunia. maka sudah sewajarnya manusia meningkatkan rasa syukurnya dengan realisasi berupa meningkatnya KUALITAS diri dengan amalan/ibadahnya kepada Alloh SWT. buat daya ukur atas dasar diri kita sendiri. ketika Alloh kasih satu ...
(*kesuksesan. entah darimana itu berasal, apakah atas dasar usaha kita yang gigih, belajar, usaha, atau bantuan dari orang lain, luasnya pergaulan atau networking. perlu diingat sejatinya, semua hal tersebut datang atas ijin Alloh).
... maka berilah Dia dua, atau tiga, atau bahkan lima!
sepatutnya manusia bersyukur atas nikmat/kesuksesan tersebut dengan tingkatan ibadah/amalan. baik satu tingkat, dua tingkat, atau bahkan lima tingkat daripada ibadahnya yang terdahulu.
tahukah, bahwa ibadah atau amalan baik seseorang tidak juga mempengaruhi kesuksesan yang ia peroleh?
dengan atau tanpa ibadah, kesuksesan kesuksesan itu bisa saja terus ia peroleh. tapi perlu diingat, ketika Alloh tidak meridhoinya atas kesombongannya, keberkahannya hilang. dua resiko berat yang mungkin akan ia peroleh:

1. lupa. terus melenceng, dan akhirnya keluar dari janji yang ia ucapkan ketika di rahim ibu, untuk terus beribadah kepada Alloh.
2. gagal. diatas kesuksesan yang telah ia ukir berpuluh puluh tahun ia terjatuh, dihempas begitu saja, karna Alloh menyayanginya. menginginkan ia kembali ke jalan yang benar. memulai lagi merangkai puzzle ibadah yang telah lama ia biarkan berserakan.

maukah kita mendapat salah satu dari keduanya? tentu tidak. maka sadarlah untuk terus meningkatkan rasa syukur yang terealisasi wujudnya atas apa apa yang telah kita dapatkan di dunia ini. tancapkan di hati kita, ketika Alloh memberi satu. maka, berikan dua, tiga, atau lima kepadaNya.
sesungguhnya orang orang yang bersyukur seperti itu, nikmatnya akan terus ditambah beserta kebarokahanya.

0 comments:

Post a Comment

 
Nadyavaizal's Blog Design by Ipietoon